REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panggilan azan ini ternyata sangat luar biasa. Ia penuh dengan fenomena yang sangat menarik. Azan yang dilantunkan dari satu surau ke surau yang lain, dari satu masjid ke masjid lain, ternyata terus berlanjut hingga ke berbagai daerah dan negara. Ia bergerak dari timur ke barat, utara selatan, dan terus berputar tak pernah berhenti. Azan selalu sahut-menyahut dari satu tempat ke tempat lain.
Perbedaan waktu antara satu daerah dan daerah lain, dari satu negara ke negara lain, memberi manfaat yang sangat besar. Wilayah Indonesia yang terbagi dalam tiga perbedaan waktu dan terdiri atas ribuan pulau membuat azan bergerak dari ujung timur Papua hingga Sabang di Aceh.
Ketika pukul 12.00 azan Zuhur berkumandang di wilayah Indonesia bagian Timur yang diawali dari Papua, ia kemudian bergerak perlahan ke daerah sekitarnya hingga melebar sampai Pulau Maluku dan Sulawesi.
Selanjutnya, azan berkumandang di Makassar, ia akan segera disambut di wilayah Flores, Mataram, Lombok, dan Denpasar, kemudian Balikpapan, Tarakan, Samarinda, dan Banjarmasin.
Belum selesai azan didengungkan di kepulauan Kalimantan, ia akan segera disambut azan di Banyuwangi hingga Surabaya. Terus bergerak hingga sampai di Jakarta. Selanjutnya, ia makin meluas hingga Aceh.
Sebelum azan berakhir di Indonesia, ia sudah berkumandang di Malaysia. Dalam beberapa waktu kemudian, azan mencapai New Delhi (India) dan Dacca, Bangladesh.
Begitu azan berakhir di Bangladesh, ia telah dikumandangkan di barat India, dari Kalkuta ke Srinagar. Kemudian, terus menuju Bombay dan seluruh kawasan India.
Dari Srinagar, azan bergerak makin ke barat hingga Timur Tengah, Afrika, Eropa, dan Amerika dalam hitungan jam. Karena itu, kumandang keesaan Allah SWT yang dimulai dari bagian timur pulau Indonesia itu tiba di pantai timur Samudra Atlantik setelah sembilan setengah jam.
Sebelum mencapai pantai Atlantik, azan Isya sudah mulai berkumandang lagi di kepulauan Nusantara dan bergerak lagi hingga ke arah barat. Begitu terus-menerus, tak pernah berhenti. Inilah fenomena azan. Ia akan terus bergerak hingga hari kiamat tiba. Dari satu tempat menuju tempat lainnya secara estafet, ia memberikan makna bahwa selama bumi ini berputar, kalimat Allah senantiasa berkumandang di angkasa raya.