REPUBLIKA.CO.ID, HEFEI -- Gelombang retorika anti-Muslim di media sosial menjadi tanda pertama kerasnya Islamofobia di Cina. Salah satunya terjadi di Hefei, saat pembangunan masjid yang ada pinggiran kota menuai banyak penentangan.
Selanjutnya, kepala babi ditanam di tanah yang rencananya dibangun Masjid Nangang, dan jadi puncak puluhan warga berunjuk rasa mengelilingi tanah tersebut. Tidak berhenti, imam masjid menerima pesan ancaman kalau keluarganya akan dibunuh, dan telah disiapkan lebih dari satu peti mati.
"Bagaimana ini semua bisa terjadi sampai seperti ini," kata Imam Tao Yingsheng seperti dilansir Japan Times, Selasa (11/4).
Beralih ke dataran berdebu di jantung Cina, saat perjuangan pahit perjalanan masih memperlihatkan lonjakan sentimen anti-Muslim yang tersebar seantero dunia maya. Hal ini tentu memperburuk ketegangan etnis dan agama di masa lalu, dan mengakibatkan pertumbahan darah.
Suasana itu turut disokong Partai Komunis yang berkuasa, dan memungkinkan islamofobia semakin memburuk di dunia maya selama bertahun-tahun. Tentu, ini imbas pula dari adanya semacam pembenaran kekerasan yang terjadi di Xinjinag, yang mengakibatkan banyak Muslim jadi korban.
"Ini seperti membiarkan jin ke luar dari botol," ujar profesor di La Trobe University di Australia, James Lebold, yang telah melacak pertumbuhan ujaran kebencian anti-Muslim di dunia maya Cina.
Belum lagi politikus-politikus yang ucapannya pasti banyak menarik gejolak massa, tidak terkecuali untuk turun ke jalan. Sudah pasti, masyarakat yang memiliki ketakutan atau yang tidak sekalipun, tidak sedikit terhasut dan semakin membuat anti-Muslim menjadi suatu kampanye.