Jumat 07 Apr 2017 05:55 WIB

Kasus Islamofobia di Austria Meningkat 62 Persen

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agus Yulianto
Muslim Austria di Wina demo menentang RUU yang membatasi kaum Muslim. (Ilustrasi)
Foto: Anadolu Agency
Muslim Austria di Wina demo menentang RUU yang membatasi kaum Muslim. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WINA — Serangan berlatar belakang Islamofobia di Austria sepanjang 2016, dilaporkan meningkat 62 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi itu semakin menimbulkan kekhawatiran di kalangan Muslim yang mendiami negara itu.

Seperti dilansir dari laman World Bulletin, Kamis (6/4), sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pusat Konsultasi dan Dokumentasi Muslim Austria mengungkap, bahwa jumlah serangan terhadap pemeluk Islam di negara itu mencapai 253 kasus pada 2016. Angka tersebut jauh meningkat dibandingkan dengan temuan pada 2015 yang berjumlah 156 kasus.

“Sebagian besar insiden (Islamofobia di Austria) sepanjang 2016 menyasar perempuan Muslimah, dengan lebih dari setengahnya terjadi di angkutan umum atau ruang publik lainnya,” tulis para peneliti dari Pusat Konsultasi dan Dokumentasi Muslim Austria dalam laporan yang mereka rilis, pekan lalu.

Menurut laporan itu, dari seluruh kasus Islamofobia di Austria yang tercatat pada 2016, sebanyak 31 persen di antaranya berupa serangan verbal (tertulis atau lisan). Sekitar 30 persen serangan dikategorikan sebagai ujaran kebencian. Sementara, 12 persen serangan menyasar lembaga-lembaga Muslim, dan lima persen lagi berupa serangan fisik. “Beberapa aksi Islamofobia juga terjadi di lembaga pemerintah di Austria,” ungkap para peneliti lagi.

Pusat Konsultasi dan Dokumentasi Muslim Austria didirikan pada 1979. Lembaga itu mulai memfokuskan kegiatannya dalam mencatat berbagai serangan terhadap Muslim sejak 2014. Pusat Konsultasi dan Dokumentasi Muslim Austria juga menawarkan layanan konseling gratis bagi para korban serangan Islamofobia di negara itu. Saat ini, populasi Muslim di Austria sekitar 600 ribu jiwa. Sebagian besar dari mereka berasal dari Turki.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement