REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akses santri belajar agribisnis di Thailand semakin terbuka. Ini menyusul adanya inisiasi kerja sama antara Kementerian Agama RI dengan Pattani College Thailand.
Informasi ini disampaikan oleh Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pendidikan Pesantren Ainur Rofiq usai menghadiri wisuda 12 santri Indonesia yang dikirim Kementerian Agama sejak 2014 untuk mengikuti pendidikan D3 Agribisnis di Pattani Fisheries and Agricultural Technology College, Pattani. Prosesi wisuda digelar pada Jumat 31 Maret 2017 lalu di Distrik Nongchik, Pattani, Thailand.
Hadir juga dalam kesempatan ini Konsul RI Songkhla Tri Yogo bersama atase Pendidikan Wenny. Selepas wisuda, mereka akan melanjutkan pendidikan jenjang S1 di Rajamangala University of Tecnology Srivijaya, Thung Yai District, Nakhon Si Thammarat 80240, Thailand.
Menurut Rofiq, Direktur Pattani College Preecha Watasart menawarkan kerja sama exchange program untuk diploma pertanian bagi santri pondok pesantren. Lembaga tersebut siap menerima 20 pelajar Indonesia setiap tahun yang sudah terseleksi untuk belajar selama satu tahun di kampusnya.
"Di sini mereka bisa belajar agrikultur, fish processing, atau fishery. Selanjutnya mereka bisa menyelesaikan studi lanjutannya di Tanah Air," kata Rofiq, Senin (3/4).
Pengiriman santri Indoensia untuk belajar agribisnis di Thailand merupakan tindak lanjut dari kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Southern Border Provincial Administrative Center (SBPAC) sejak 2014. SBPAC merupakan badan khusus yang dibentuk Pemerintah Thailand untuk mengelola beberapa Provinsi di Thailand Selatan yang berbatasan dengan Malaysia.
Selama belajar di Thailand, lanjut Rofiq, para santri memperoleh prestasi membanggakan. Mereka berhasil meraih medali emas dan perak dalam perlombaan yang diadakan organisasi pelajar Thailand, Future Farmer of Thailand (FFT) di Provinsi Tak, Thailand Utara. "Santri Indonesia memang tidak hanya pandai mengaji, tapi ternyata juga bisa menguasai ilmu agribinis," papar Rofiq.
Santri asal Pesantren Nurul Islam Jember ini mengaku, prihatin dengan banyaknya pengangguran di Indonesia. Karenanya, ia hendak mengembangkan bisnis organik agar bisa menciptakan lapangan kerja.
Konsul RI Songkhla Tri Yogo mengatakan, minat warga muslim Thailand Selatan untuk melanjutkan pendidikan di Indonesia sangat tinggi. "Setiap tahun sekitar dua ribu warga Thailand Selatan pergi ke Indonesia untuk belajar," ujarnya.