Senin 03 Apr 2017 20:00 WIB

Forum Silaturahim Antarpegiat Nasyid Mulai Dibentuk

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
  Salah satu grup nasyid tampil pada Festival Nasyid yang digelar Republika bekerjasama dengan iHAQI di Gedung Landmark, jalan Braga, Bandung, Kamis (2/5) malam.  (Republika/Edi Yusuf)
Salah satu grup nasyid tampil pada Festival Nasyid yang digelar Republika bekerjasama dengan iHAQI di Gedung Landmark, jalan Braga, Bandung, Kamis (2/5) malam. (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok nasyid akapela asal Kota Bogor, Na'am, turut merasakan itu. Meski demikian, sebagai grup nasyid yang menjadikan musik sebagai nafkah utama, kelompok nasyid ini masih setia untuk menghidupkan industri nasyid. Grup yang digawangi oleh Muhammad Kamaluddin (lead vocal), Arip Ridwan (vocal), Edwind Pramoedinata (bass), Arie Purnama (tenor), Tito (bariton), dan Abdurrahman Faiq (percussion/beatbox) itu sudah berkiprah sejak 2003.  

"Saat ini grup nasyid kami baru menginjak usia 14 tahun. Jika diibaratkan manusia,  sama seperti ABG (anak baru gede)-lah," ujar salah satu personel Na'am, Tito, kepada Republika, Selasa (28/3). Dia menuturkan, sebelum Na'am terbentuk, para personel sudah berkecimpung di dunia nasyid lewat grup mereka masing-masing di Bogor. Setelah melihat kelompok nasyid bermunculan di kalangan pelajar dan mahasiswa, Tito dan kawan-kawan lantas terdorong membentuk satu wadah untuk menanungi grup-grup nasyid tersebut. Pada 15 Maret 2003, dibentuklah satu perkumpulan bernama Bogor Nasheed Center (BNC).

"Pada waktu itu, belum ada teknologi komunikasi semacam Whatsapp, BBM (Blackberry Messenger), ataupun media sosial lainnya belum ada. Karena itu, untuk mempromosikan BNC, kami pun memanfaatkan ajang Festival Nasyid Nusantara (FNN) yang diadakan di IPB (Institut Pertanian Bogor)," kata Tito.

 Satu bulan setelah pembentukan BNC, tepatnya pada 15 April 2003, Tito dan kawan-kawan akhirnya mendirikan grup nasyid baru yang diberi nama Na'am. Kelompok baru ini sengaja dibentuk untuk mendapatkan promosi sambil mengikuti kompetisi di FNN IV yang digelar IPB pada 3-4 Mei 2003. "Alhamdulillah, pada waktu itu kami berhasil keluar sebagai juara tiga," kata dia.

 

Sejak saat itu,  grup Na'am terus mensyiarkan nasyid sambil mempromosikan BNC. Tak cukup sampai di situ, mereka juga kerap diundang mengisi berbagai event, seperti festival, peringatan hari besar Islam, pesta pernikahan, seminar, dan lain-lain. Sepuluh tahun lalu, BNC mulai menggarap album bertajuk "Kompilasi Nasyid Bogor 2007".  Album itu berisi 12 lagu yang dibawakan oleh para solois dan grup nasyid yang berdomisili di Kota Bogor. Na'am pun ikut mengambil bagian di album tersebut dengan mempersembahkan satu lagu berjudul "Kepadamu Rasulullah".

 Pada 2009,  Na'am menggarap album tunggal perdana mereka dengan judul "Na'am Feel Fresh" yang berisi 10 lagu. Selanjutnya, pada 2011, Tito dan kawan-kawan merilis lagi album bertajuk "Na'am for Kids". Di luar itu, ada 11 single berbahasa Indonesia dan Sunda yang mereka produksi selama tujuh tahun terakhir. "Semua album dan single itu digarap secara indie karena sejak awal kami memang berkomitmen untuk tidak terikat dengan major label. Dengan begitu, kami bisa lebih bebas berekspresi," ungkapnya.

 Tito berpendapat, konsep nasyid di Indonesia sendiri sebenarnya telah mengalami perluasan istilah menjadi "musik positif". Menurut dia, keberadaan para pemain baru di industri nasyid Tanah Air saat ini masih memiliki potensi pasar yang cukup menjanjikan. "Saya rasa masyarakat Indonesia sangat merindukan syair-syair menyentuh seperti yang dihasilkan oleh grup legendaris seperti Bimbo. Sekarang tinggal bagaimana para pegiat nasyid mengemas karyanya agar memiliki keunikan atau kehasan sehingga bisa diterima pasar," ujarnya.

Personel Na'am lainnya Muhammad Kamaluddin mengatakan, kelompok nasyidnya sampai hari ini tetap konsisten mengusung genre akapela. Alasannya, aneka olah vokal suara manusia yang ditampilkan oleh akapela mampu menyuguhkan produk nasyid yang minimalis namun elegan. "Harmoni yang dihasilkan oleh akapela tak kalah dengan genre-genre musik lainnya," kata Kamal, sapaan Kamaluddin.

Saat ini, kata dia, para personel Na'am juga melakukan komunikasi secara intensif dengan grup-grup nasyid lain untuk mengikuti perkembangan industri musik Islami di Tanah Air. Di tingkat nasional, kegiatan komunikasi tersebut antara lain diwadahi oleh Yayasan Nasyid Indonesia dan Asosiasi Nasyid Nusantara (ANN). 

Di tingkat lokal, silaturahim antarpegiat nasyid dilakukan lewat forum khusus yang dibentuk berdasarkan wilayah kabupaten kota. "Kami juga menjalin kerja sama dengan stasiun-stasiun radio Islami dan radio milik pemerintah, yaitu RRI," kata Kamal. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement