REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN -- European Islamophobia Report 2016 melaporkan kekhawatiran atas perlakuan dan pemahaman terhadap Muslim di Irlandia. Laporan itu turut pula mengkritik bingkai dari media yang kerap mendiskreditkan Muslim.
Dilansir dari Irish Examiner, Kamis (23/3), laporan ditulis James Carr yang merupakan dosen sosiologi di University of Limerick. Ia menulis, selama 12 bulan terakhir, telah jadi saksi perkembangan paling menakutkan dari level politik, yang berubah menjadi kelompok anti-Islam.
"Termasuk, Pegida dan Partai Nasional, termasuk deklarasi dari aktor-aktor politik arus utamanya," kata Carr.
Saat Carr mencari data insiden yang menimpa Muslim di Central Statics Office (SRO), data itu tidak ada. Akhirnya, ia mencari data ke European Network Againts Racism Ireland (ENAR), yang pekan ini merilis meningkatnya laporan rasisme selama enam bulan terakhir.
Laporan turut mencakup intimidasi di media sosial, dan media-media arus utama yang ada. Carr mencatat, media-media arus utama kerap mengikatkan stigma buruk bukan cuma ke Muslim melainkan Islam itu sendiri, tentu lewat artikel-artikel berita yang disiarkan.
"Mengaitkan kata-kata seperti Islamic dengan pengertian serangan teror, teroris atau ekstrimis," ujar Carr.
Presiden Kongres Yahudi Moshe Kantor mengatakan, telah memberi sinyal bahaya atas penanganan rasisme, serta timbal balik kepada pelapor. Dia mengingatkan, laporan ENAR bukan sekadar peningkatan tindakan rasisme, tapi tentang sistem yang ada.
"Sorotan bukan cuma soal peningkatan ujaran kebencian di Irlandia, tapi kelemahan sistem yang ada untuk menghadapi rasisme atau melindungi korban," kata Kantor.