REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam masuk ke negara ini melalui perdagangan. Pada abad ke-15, wilayah ini menarik perhatian pedagang Muslim karena hasil perdagangannya. Mereka menjual emas, kacang kola, dan garam.
Beberapa pedagang ini berbahasa Soninke orang dari Timbuktu dan Djenné, yang kemudian mengadopsi dialek Malinke dan dikenal sebagai Dyula. Mereka menetap di kota-kota Bobo-Dyulasso, Kong, Bunduku, dan tempat-tempat lain yang mengarah ke ladang emas.
Selain melalui perdagangan, penyebaran Islam di negara ini juga melalui perkawinan. Muslim menikah dengan perempuan setempat. Akibatnya, terjadi konversi masyarakat lokal ke agama Islam.
Saat Burkina Faso dikuasai oleh kolonial Prancis pada 1919, Pemerintahan Prancis secara tidak langsung mendukung penyebaran Islam, dengan menciptakan perdamaian dan ketertiban dan melalui perdagangan.
Mereka juga menganggap Muslim sebagai budaya dan mendidik Muslim menjadi lebih maju. Prancis menunjuk kepala dan pegawai Muslim sebagai administrator di daerah non-Muslim. Pada akhir abad ke-19, hanya ada sekitar 30 ribu Muslim, tetapi pada 1959 terdapat 800 ribu atau sekitar 20 persen dari populasi.