Kamis 16 Mar 2017 23:41 WIB

Kelompok Kajian Ilmu di Dunia Islam

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak tempat untuk menuai ilmu. Tak hanya di lembaga pendidikan resmi. Namun, di dunia Islam, pusat-pusat ilmu juga tergelar di sebuah toko maupun kelompok kajian. Para cendekiawan pun tak ketinggalan memicu meluasnya penyebaran ilmu.

Hal ini mereka lakukan dengan membentuk sebuah kelompok atau klub kajian ilmu. Kelompok kajian ini, biasanya dikelola oleh cendekiawan yang menguasai bidang kedokteran, filsafat, dan ilmu kalam atau teologi serta sastra.

Sejumlah istilah disematkan pada kelompok kajian itu. Cendekiawan di bidang kedokteran menyebutnya majlis amm atau majelis umum. Mereka mengartikannya sebagai tempat belajar sejumlah murid. Ada kelompok yang disebut majlis khash untuk mereka yang berilmu lebih tinggi.

Cendekiawan di bidang lainnya menyebutnya sebagai klub atau kelompok kajian humaniora. Biasanya, kelompok kajian ini dibentuk di rumah para cendekiawan. Pendiri kelompok kajian yang pertama adalah para dokter dan ahli sastra.

Kelompok kajian yang cukup terkenal didirikan seorang dokter, Yuhana Ibnu Masawayh, pada abad ke-8. Seorang cendekiawan, Yusuf Ibnu Ibrahim, mengungkapkan, di antara sejumlah kelompok kajian di Baghdad, kelompok kajian Yuhana Ibnu Masawayh merupakan yang paling maju.

Menurut Ibrahim, Masawayh lahir sekitar 776 Masehi di Jundisyapur, tempat sekolah kedokteran tertua didirikan. Masawayh datang ke Baghdad bersama ayahnya, lalu menjadi dokter yang sangat dikenal di kota tersebut.

Beberapa karya Masawayh telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Selain itu, ada pula kelompok kajian sastra. Pada umumnya, kelompok kajian jenis ini membahas soal tata bahasa. Di sini, para cendekiawan yang bertemu akan saling bertukar informasi.

Mereka pun mendiskusikan karya-karya para cendekiawan lain. Salah satu kelompok kajian dalam bidang ini bernama Al Nahwiyyin, yang berdiri pada abad ke-9 hingga ke-10. Kelompok kajian ini sering mengundang sejumlah pakar, seperti Ibnu Kaysan dan Zajjaj.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement