REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keutamaan Nabi Muhammad SAW diwarisi pula oleh Fatimah az-Zahra, putri bungsu Rasulullah bersama Khadijah. Fatimah dikenal sebagai wanita mulia yang sabar, taat kepada Allah, dan memiliki sifat qana’ah. Dari rahimnya, lahir dua orang putra mulia bernama Hasan dan Husein.
Menjadi putri Rasulullah tak menghalanginya untuk ikut berjuang di jalan Allah. Ia termasuk seorang mujahidah yang turun ke medan perang, termasuk Perang Uhud. Ia membantu kaum Muslimin dengan menyediakan air minum dan mempersiapkan urusan logistik, serta memberikan pengobatan bagi mereka yang terluka.
Sebuah hadis riwayat Tirmidzi menceritakan saat menemukan Rasulullah terluka dalam sebuah peperangan, Fatimah memeluknya dan membersihkan luka-lukanya. Ketika ia melihat semakin banyak darah yang keluar dari luka sang ayah, ia membakar potongan tikar dan membubuhkannya pada luka Rasulullah hingga melekat dan menghentikan darah itu.
Selain itu, Fatimah juga dikenal sebagai sosok perempuan yang terjun ke dunia politik saat mencalonkan suaminya, Ali bin Abi Thalib, sebagai khalifah pertama penerus kepemimpinan ayah nya. Fatimah tampil sebagai orator untuk pemenangan suaminya, meski akhirnya sang khalifah yang terpilih adalah sahabat Nabi SAW lainnya, yakni Abu Bakr as-Shidiq.
Fatimah az-Zahra wafat sekitar 15 bulan setelah wafatnya Rasulullah, dan telah meriwayatkan 18 hadis dari ayahnya. Di dalam Shahihain diriwayatkan satu hadis darinya yang disepakati Bukhari dan Muslim dalam riwayat Aisyah. Selain itu, hadis dari Fatimah juga diriwayatkan Tirmidzi, Ibnu Ma jah, dan Abu Dawud.
Ibnul Jauzi berkata, “Kami tidak mengetahui seorang pun di antara putri-putri Rasulullah SAW yang lebih banyak meriwayatkan darinya selain Fatimah.”