REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Jimly Asshidiqie, menilai ketidaksetujuan atas suatu mazhab memang wajar-wajar saja. Tapi, dia menekankan, rasa tidak setuju itu seharusnya menjadi konsumsi internal saja.
"Jika tidak setuju atau tidak suka cukup di dalam hati, atau dibicarakan intern saja, kalau ke luar menimbulkan masalah antar," kata Jimly kepada Republika.co.id, Senin (6/3) malam.
Dia menilai, insiden ketidaksetujuan terhadap Wahabi sama saja dengan yang terjadi kepada Syiah, dan seharusnya tetap jadi masalah internal. Tapi, Jimly mengingatkan, jika tidak setuju itu diekspresikan, jangan sampai malah jadi berlebihan. "Tapi, kalau memukuli atau mengusir, itu melanggar," ujar Jimly.
Dikatakan Jimly, umat saat in,i sedang berada pada keadaan yang rawan. Ini karena, emosi yang sedang dicabik-cabik konflik, sikap tidak menghormati dan membenci. Ia melihat, ini gejala umum karena ada kebebasan yang tidak terkendali.
Untuk itu, dia merasa perlu ada bimbingan kepada umat dan masyarakat, negara tidak boleh lupa untuk mengevaluasi diri karena selama ini tidak hadir. Menurut Jimly, pihak-pihak berkonflik juga harus mengevaliasi diri, baik kelompok kiri maupun kanan.
"Kebebasan berpendapat, berekspresi, beragama, itu harus dihormati satu dengan yang lain," kata Jimly.