Selasa 28 Feb 2017 17:59 WIB

Anggia Ermarini Kenalkan Fatayat NU di Taiwan

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum PP Fatayat NU Anggia Ermarini hadir dalam acara sosialisasi dan konsultasi publik program Gerakan Perlindungan Anak dari Tindak Kekerasan (GELATIK), Jakarta, Senin (19/9).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ketua Umum PP Fatayat NU Anggia Ermarini hadir dalam acara sosialisasi dan konsultasi publik program Gerakan Perlindungan Anak dari Tindak Kekerasan (GELATIK), Jakarta, Senin (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) mengadakan kunjungan organisasi ke Taiwan pada 25-27 Februari 2017. Salah satu agenda penting kunjungan ini adalah melakukan pertemuan dengan perempuan-perempuan dari Partai Progresif Demokratik.

Kunjungan ke Taiwan itu melibatkan Ketua Umum Fatayat Nahdatul Ulama (NU) Anggia Ermarini bersama Sekretaris Umum Margareth Aliyatul Maimunah dan pengurus lainnya. Menurut Anggia, Partai Progresif Demokratik tersebut merupakan penguasa di Taiwan. Pada pemilu 2016 lalu, partai tersebut meraih 65 dari 113 kursi yang diperebutkan.

Salah satu politikus Partai Progresif Demokratik Su Jia-chyuan menjadi ketua parlemen setelah meraih 74 dari 113 suara dalam pemungutan.

Pertemuan sejumlah tokoh penting itu membahas berbagai hal krusial, di antaranya mengenai perempuan dan politik. Selain itu, dibahas juga mengenai kebijakan pemerintah terhadap perempuan dan anak-anak.

“Di Taiwan partai politik harus mengikutsertakan perempuan 50 persen dalam kandidat di pemilu. Dan yang jadi anggota parlemen pun sekarang 50 persen. Ini sangat menarik sekali, karena dalam 20 tahun kemajuan perempuan sangat pesat,” ujar Anggi dalam pertemuan yang juga dihadiri Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Taiwan Agus Susanto seperti dalam keterangan tertulis yang diterima republika, Selasa (28/2).

Selain itu, Fatayat NU juga bertemu dengan Global Worker Organization (GWO). Selama ini, organisasi itu intensif memberikan keterampilan dan pendampingan terhadap buruh migran asal Indonesia. Keterampilan bersertifikat itu membuat buruh migran memiliki bekal ketika kembali ke Tanah Air.

“Selain itu, keterampilan tersebut juga bisa digunakan di Taiwan. Yang pasti gaji mereka akan bertambah dan mereka bisa bersaing dengan pekerja lain,” kata wanita yang juga staf khusus Kemenpora ini.

Anggia menambahkan, Fatayat NU juga melakukan talk show di radio RTI. Talk show itu untuk mengenalkan kiprah Fatayat NU di Indonesia dan Taiwan. Dalam pembicaraan dengan manajemen RTI, Fatayat dan NU diharapkan bisa mengisi ceramah untuk mengenalkan dan memperluas Islam Ahlisunnah Wal jamaah. Langkah itu dianggap penting karena banyak buruh migran asal Indonesia yang menjadi sasaran kelompok radikal.

Agenda lain yang tak kalah penting adalah pelantikan PCI Fatayat NU Taiwan periode 2017-2021. Anggia melantik Tania Tari sebagai Ketua Fatayat Taiwan untuk kali kedua.

Pelantikan yang dimeriahkan kehadiran Habib Syekh dari Solo itu, Fatayat NU Taiwan memperkenalkan slogan “Fatayat Bermanfaat”. Laskar Relawan taiwan yang merupakan inisiasi dari Fatayat juga dideklarasikan.

Anggia bersama Laskar Relawan Taiwan kemudian membersihkan lingkungan dan tempat ibadah seperti masjid dan tempat ibadah agama lain. “Ini untuk menunjukkan bahwa sifat gotong royong yang dimiliki orang Indonesia tidak hilang meski mereka hidup di negeri orang,” ujar Anggia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement