Selasa 28 Feb 2017 01:04 WIB
50 Tahun DDII

DDII Perbanyak Jumlah Dai di Pelosok Tanah Air

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Ketum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Muhammad Siddik bersama tim DDII bertemu tim redaksi Republika di Kantor Republika, Jumat (16/12).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ketum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Muhammad Siddik bersama tim DDII bertemu tim redaksi Republika di Kantor Republika, Jumat (16/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sampai kini, ada sekitar dua ribu dai yang berdakwah di daerah-daerah pelosok Tanah Air. Memasuki usia ke-50 tahun, DDII akan melipatgandakan jumlah tersebut sehingga mendukung tema besar mengawal akidah umat Islam Indonesia.

DDII membina sedikitnya dua lembaga pendidikan akademis yang berfungsi menghasilkan dai-dai kompeten, yakni Akademi Dakwah Indonesia (ADI) dan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir.

Ketua Umum DDII, Muhammad Shiddiq, mengungkapkan, ada 10 ADI yang tersebar merata di seluruh Indonesia. Sementara itu, STID Mohammad Natsir yang berlokasi di Tambun, Bekasi, telah memiliki cabang khusus dai Muslimah, yakni berlokasi di Cipayung, Jakarta Timur. STID tersebut diketahui juga memiliki kampus di markas DDII, Jalan Kramat Raya 45, Jakarta Pusat.

ADI, lanjut Shiddiq, merupakan lembaga pendukung bagi STID Mohammad Natsir. “ADI itu diploma dua tahun, mereka (lulusan ADI) dikirim berdakwah selama setahun di daerah-daerah, baru kemudian mereka meneruskan ke tingkat III atau IV di STID Mohammad Natsir,” jelasnya. “Sejak 50 tahun DDII ini, ADI nantinya akan didirikan di seluruh provinsi Indonesia.”

Selain lembaga pendidikan, DDII juga telah membangun sekitar 750 unit masjid dan beberapa Islamic Center serta rumah sakit di berbagai daerah di Tanah Air. Menurut Shiddiq, sejak 2016 DDII juga telah memilik lembaga amil zakat resmi yang bersifat nasional.

Pembangunan fasilitas-fasilitas sosial kemasyarakatan ini penting di samping cita-cita sang pendiri DDII untuk menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru negeri.

“Pengiriman dai ke pelosok-pelosok juga berlangsung terus. Setiap tahunnya, ditambah terus lulusan STID Mohammad Natsir itu, menghasilkan tiap tahunnya sekitar 125 sampai 150 lulusan. Mereka juga dikirim ke daerah-daerah, tapi penempatan tergantung pada asal mereka dan lain-lain. Termasuk yang (dai) perempuan,” tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement