Selasa 28 Feb 2017 05:59 WIB

Islam Berkembang Pesat di Belgia

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Agung Sasongko
Muslim Belgia
Muslim Belgia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agama Islam terus menunjukkan eksistensi yang semakin kuat di Belgia. Negara berpenduduk 10 juta jiwa itu kini menjadi tempat bermukim sekitar 628.751 umat Muslim, atau enam persen dari populasi.

Islam pun menjadi agama dengan perkembangan paling pesat. Data pada situs riseofislam menyebutkan, pada tahun 90-an, jumlah umat Muslim baru sekitar 285 ribu jiwa. Namun di tahun 1998, angkanya telah meningkat pesat hingga menjadi 350 ribu jiwa.

Sejalan dengan itu, tumbuh pula tempat-tempat ibadah dan kegiatan keagamaan. Ada sekitar 300 masjid, mushala maupun pusat keislaman di seluruh Belgia. Pemerintah pun, sesuai undang-undang, tidak menghalangi umat beragama, termasuk Muslim, untuk membangun tempat ibadah atau sarana pendidikan.

Islam yang terus bertumbuh kembamg menyebabkan perubahan secara demografi. Di banyak wilayah, penduduk Muslim sudah lebih banyak ketimbang pemeluk Protestan dan Yahudi. Majalah terkemuka L'Express dalam sebuah artikelnya, bahkan berani memprediksikan bahwa dalam 20 tahun ke depan, Islam bisa menjadi agama dominan di ibu kota Brussel.

Kemungkinan itu tidak bisa dikesampingkan. Bila dicermati, di Brussel sendiri, dengan penduduk berjumlah 1,1 juta jiwa, sebanyak 56 persennya adalah imigran.

Para sosiolog mencatat, pada awal tahun 2000, jumlah umat Muslim di kota itu mencapai 17 persen dari populasi. Tapi di tahun 2008, menurut Oivier Servais, dari Laboratory for Prospective Anthropology di UCL, angkanya sudah mencapai 33,5 persen dari populasi, naik hampir dua kali lipat.

L'Express melihat ada kecenderungan menarik di sini. Dalam beberapa tahun terakhir, warga lokal kulit putih, khususnya dari kelas menengah, memilih pindah ke kota lain, semisal Waloon Brabant, Flemish Brabant, atau Hainut, yang lebih terjangkau biaya hidupnya.

Ini berkebalikan dengan komunitas imigran yang justru mengalami penambahan populasi, baik karena kelahiran maupun kedatangan imigran baru. Brussel pun berangsur masuk kepada situasi yang oleh ahli demografi Prancis, Michele Tribalat, disebut 'proses perubahan demografi.'

Fenomena ini tidak hanya muncul di Brussel. Kota-kota besar di Eropa Barat mengalami hal yang sama. Buku Reflections on the Revolution in Europe : Immigration, Islam and the West, karya jurnalis Financial Times Christopher Caldwell, memerinci, kota-kota itu antara lain, Rotterdam dan Marseille (25 persen populasi adalah Muslim), Malmo dan Birmingham (20 persen), London, Paris dan Kopenhagen (10 persen).

Di beberapa kota di Belgia, arus imigran Muslim seolah tak terbendung. Penulis buku Islam in Brussels (Universite de Bruxelles, 2009), Corinne Torrekens, mengatakan, apabila tren ini terus berlanjut, maka kota-kota seperti Sint-Jans-Molenbeek, Schaarbeek, Anderlecht, Ganshoren, dan Koekelberg, bisa terjadi 'ledakan' imigran Muslim dengan besaran mencapai 20 - 30 persen dari populasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement