Senin 20 Feb 2017 21:38 WIB

Teladan Abu Bakar Menjaga Risalah Rasulullah

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
zakat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Bakar kemudian mengadakan rapat dengan para sahabat besar untuk menentukan langkah-langkah antisipatif. Di sinilah muncul perbedaan sikap antara Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Sosok Umar yang terkenal tegas dalam pertemuan itu menjadi cukup lunak dalam memandang para pemberontak.

Ia menilai, tidak perlu memerangi mereka, tetapi cukup membujuk mereka agar sama-sama bersatu menghadapi musuh bersama. Seperti diketahui, pasukan Romawi di utara sudah dalam kondisi siaga tempur dengan pasukan Islam. Dalam pertemuan ini, Umar bin Khattab didukung mayoritas sahabat lainnya.

Namun, Abu Bakar berpandangan satu visi dengan minoritas dalam pertemuan ini. Bahkan, ia sampai menyampaikan orasi sebagai berikut, Demi Allah, orang yang keberatan menunaikan zakat kepadaku (sebagai khalifah -Red), yang dulu mereka lakukan kepada Rasulullah, akan kuperangi.

Abu Bakar berargumen bahwa kewajiban menunaikan zakat merupakan salah satu dari rukun Islam. Tidak sempurna Islam seseorang atau suatu kaum bila menafikan penunaian zakat. Apalagi, tegas Abu Bakar, di dalam Alquran perintah shalat beriringan dengan seruan menunaikan zakat.

Tanpa ragu, Abu Bakar menjawab pandangan Umar bin Khattab dan para sahabat di sana, demi Allah, aku akan memerangi siapa pun yang memisahkan shalat dengan zakat. Atas respons Abu Bakar ini, Umar berubah pikiran dan menjadi pendukungnya. Demi Allah, tiada lain yang harus kukatakan. Semoga Allah melapangkan dada Abu Bakar dalam berperang. Aku tahu dia benar, kata Umar bin Khattab.

Inilah pertempuran pertama di era Khulafaur Rasyidin. Dalam masa menunggu tiga malam, akhirnya pasukan pembangkang itu menyerbu Madinah. Tujuannya meruntuhkan mental pasukan Abu Bakar sehingga menerima tuntutan mereka mengenai salah satu rukun Islam itu. Menghadapi situasi genting demikian, Abu Bakar memerintahkan tidak meninggalkan tempat.

Dengan menaiki unta, dia memberitahukan orang-orang yang berada di masjid. Kemudian, bersama-sama mereka berangkat menghadapi pasukan musuh yang merupakan gabungan kaum Gatafan, Abs dan Zubyan di malam gelap itu. Menjelang pagi, pasukan Abu Bakar terus mengejar dua kaum pemberontak itu hingga ke Zul Qassah. Begitu matahari muncul penuh di ufuk timur, kemenangan gemilang sudah diraih pasukan Abu Bakar.

Sebagai informasi, pasukan yang dipimpin Abu Bakar tidak sepenuhnya berasal dari unsur militer. Ada pula yang tidak cukup berpengalaman angkat senjata. Tetapi, keteguhan hati Abu Bakar telah menginspirasi mereka, bagaikan berperang di sisi Nabi Muhammad. Kemenangan ini lantas berpengaruh besar ke dalam hati kaum Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement