Jumat 17 Feb 2017 16:25 WIB

Yukabad yang Selalu Bertawakal

Mesir: Sungai Nil dari Lembah Raja-raja (Dasar) hingga ke Kairo dan Alexandria. Titik-titik cahaya bagian kanan memperlihan Gaza, Israel, Suriah dan Joran di potongan barat Mediteran
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat melihat adiknya dirawat istri Fir’aun, Miryam segera menawarkan bantuan untuk mencarikan wanita yang bisa menyusui bayi tersebut. Tentu saja, Asiyah membutuhkan wanita yang dapat menyusui anak angkatnya Musa.

“Maukah kamu aku tunjukan ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?” tawar Miryam.

Ahlu bait yang ditawarkan Miryam tersebut bukan lain merupakan ibunya, ibunda Musa, Yokhebed. Asiyah pun menerima tawaran tersebut. Maka, Yokhebed pun dapat kembali memeluk putranya tercinta.

Kisah ibunda Musa tersebut dikabarkan oleh Alquran dalam surah al-Qashash ayat 3 hingga 13. Kisah ini juga tercantum dalam Bibel. Nama Yokhebed merupakan nama yang tercantum dalam Bibel. Adapun dalam Alquran, tak diketahui nama ibunda Musa.

Dari kisah tersebut, dapat dibetik banyak hikmah. Salah satunya, tawakal kepada Allah. Ibunda Musa begitu tawakal menyerahkan keselamatan putranya kepada Allah. Ia memohon pertolongan Allah dan meminta perlindungan-Nya atas putra kecilnya. Allah banyak memerintahkan umat di dalam Alquran untuk senantiasa bertawakal kepada-Nya.

“Dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi pelindung,” Quran Surah an- Nisa ayat 81. Serta dalam Surah Ali-Imran ayat 159 disebutkan, “Kemudian apabila kamu telah membuat tekad maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah menyukai orang - orang yang bertawakal kepada-Nya.”

Rasulullah pun terus meminta umat agar bertawakal kepada Allah. Dari Umar bin khathab, Rasulullah bersabda, “Andaikan kalian tawakal kepada Allah dengan sebenarnya, niscaya Allah akan memberi rizki kepada kalian, seperti memberi rizki kepada burung. Mereka pergi pagi dengan perut kosong dan pulang sore dengan perut kenyang.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).

Adapun pengertian tawakal menurut Imam Ibnu Rajab, yakni kondisi hati yang benar-benar bergantung kepada Allah guna memperoleh maslahat dan menolak mudarat dari urusan dunia dan akhirat serta menyerahkan semua urusan kepada-Nya. Meski demikian, tawakal bukanlah sebuah kepasrahan semata.

Perlu adanya usaha sebagai pengiring tawakal. Dalam kisah, Yokhebed pun meminta Miryam untuk mengikuti peti Musa. Meski telah tawakal kepada Allah atas keselamatan Musa, ia tetap berusaha meminta putrinya mengawasi peti tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement