Kamis 16 Feb 2017 21:00 WIB

Di Mana Lokasi Tembok Dzulkarnain

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Tembok besar Cina
Foto:

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbeda dengan penjelasan Syekh Hamdi bin Hamzah Abu Zaid, Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur'an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, sekitar 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE.

Tempat itu kini bernama buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah bab al hadid. Orang Persia menyebutnya dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya tie-men-kuan. Semuanya bermakna pintu gerbang besi.

 

Hasil foto satelit pada ordinat itu, sudah tidak ditemukan lagi tembok atau pintu besi tersebut. Namun, seorang pengembara Cina, Hiouen Tsiang, pada abad ketujuh pernah melewati pintu berlapis besi saat melakukan perjalanan ke India. Dan, tidak jauh dari tempat tersebut, terdapat sebuah danau yang dinamakan Iskandar Kul.

 

Pada tahun 842, Khalifah Abbasiyah, al-Watsiq Billah mengutus sebuah tim ke gerbang tersebut yang dipimpin oleh Sallam. Hasilnya, tim ekspedisi ini masih menemukan gerbang di antara gunung-gunung itu selebar 137 meter (ada pula yang menyebut 150 meter) dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.

 

Dalam versi lain, disebutkan para arkeolog menemukan benteng tersebut pada awal abad ke-15 M di belakang Jeihun dalam ekspedisi Balkh dan disebut sebagai 'Babul Hadid' (Pintu Besi) di dekat Tarmidz. Timurleng pernah melewatinya, juga Syah Rukh dan ilmuwan German Slade Verger. Arkeolog Spanyol, Klapigeo, pada 1403 M, pernah diutus oleh Raja Qisythalah di Andalus ke sana dan bertamu pada Timurleng. 'Babul Hadid' adalah jalan penghubung antara Samarqindi dan India.

 

Ada juga yang menyatakan, keberadaan tembok tersebut telah tenggelam dan sampai saat ini berada di Azerbaijan dan Armenia, tepatnya di pegunungan yang sangat dan tinggi serta keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam ataupun Rusia, terletak di Republik Georgia.

 

Al-Syarif al-Idrisi dalam bukunya Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang dilakukan Sallam, utusan Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah). Sallam melihat pegunungan yang terpisah oleh lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement