REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika menghadapi cobaan berat, Abdurrahman Al Gonzaga dihadapkan pada dua pilihan: terus bertahan atau menyerah. Rupanya, takdir membawa pria kelahiran Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) itu pada hidayah Islam.
Ia pun menjadi mualaf. Namun setelah itu, ia dihadapkan pada tantangan yang sangat berat sebagai seorang Muslim.
Tahun-tahun pertama usai mengucap dua kalimat syahadat, Abdurrahman menghadapi aneka kendala. Tidak mudah menjalani hari-hari lantaran kesulitan pada berbagai aspek. Begitu pula ketika berniat lebih mendalami Islam. Padahal, ia sangat ingin menjadi Muslim yang sebenarnya.
Berbagai kendala dan tantangan itu tidak menggoyahkan imannya. Abdurrahman terus berjuang. Ia menimba ilmu agama, walau terkadang harus dicapainya sendiri. Hingga suatu saat, ia sampai pada kesimpulan. Selaku mualaf, ia harus proaktif, tidak bisa hanya menunggu. Itulah kunci suksesnya. Kini, ia aktif membina para mualaf.
Abdurrahman mendirikan komunitas mualaf di Yogyakarta dan rutin mengadakan kegiatan agama. Ia berharap, para mualaf memperoleh pembinaan, perhatian, serta bimbingan, sehingga mereka bisa mempertebal kecintaannya kepada Islam.