Senin 13 Feb 2017 12:14 WIB

Istana Sulaiman dan Misi Yahudi di Palestina

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Penggembala beristirahat di area dekat makam Nabi Sulaiman, Plain of Mizpah
Foto: www.loc.gov
Penggembala beristirahat di area dekat makam Nabi Sulaiman, Plain of Mizpah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Catatan sejarah mengungkapkan pertemuan Sulaiman dengan ratu Saba berdasarkan penelitian yang dilakukan negeri tua Saba di Yaman Selatan. Penelitian yang dilakukan terhadap reruntuhan mengungkapkan bahwa seorang ratu yang pernah berada di kawasan ini hidup antara 1.000 hingga 950 SM dan melakukan perjalanan ke utara (ke Yerusalem). Menurut sebagian riwayat, Saba adalah julukan yang diberikan kepada raja-raja yang memerintah di Yaman Selatan.

Berdasarkan keterangan Alquran ataupun kisah-kisah yang terdapat dalam versi Yahudi dan Nasrani, Sulaiman (Solomon) memiliki kerajaan yang sangat istimewa. Kerajaannya dibangun dengan menggunakan ilmu teknologi yang sangat maju di masanya. Di istananya, terdapat berbagai karya seni dan benda-benda berharga yang mengesankan bagi semua yang menyaksikanya. Pintu gerbang istana terbuat dari gelas. Penyebutan Alquran mengenai Ratu Bilqis yang menyingkapkan pakaiannya karena mengira hal itu adalah air dan ternyata kaca menunjukkan hal itu.

Istana Nabi Sulaiman disebut dengan nama Solomon Temple (Istana atau Kuil Sulaiman) dalam literatur bangsa Yahudi. Saat ini, keberadaan istana Sulaiman sudah tidak ada karena runtuh. Kecuali, hanya 'Tembok sebelah Barat' yang tersisa dari bangunan kuil atau istana yang masih berdiri. Oleh orang Yahudi, sisa bangunan kuil itu dinamakan dengan Wailing Wall atau Tembok Ratapan.

Dalam beberapa riwayat, hancurnya istana Sulaiman itu bukan karena runtuh, tetapi diruntuhkan oleh orang-orang Yahudi yang sombong dan angkuh. Hal ini dijelaskan dalam Alquran surah Al-Isra ayat 4-7.

Dalam hikayat lain, disebutkan bahwa istana Sulaiman menempati area yang sangat luas dan megah. Konon, pintu istana terbuat dari kayu zaitun dan cemara. Lantainya terbuat dari kaca dan emas. Warna bangunannya berwarna-warni, seperti biru, ungu, hijau, kuning, dan lainnya. Dalam versi Yahudi, disebutkan bahwa warna biru mewakili langit, sedangkan merah mewakili bumi. Ungu, kombinasi dua warna, merupakan pertemuan dari langit dan bumi.

Selain istana Sulaiman, konon di lingkungan istana terdapat bangunan lainnya, seperti gapura yang terletak di sebelah barat daya. Istana Ratu Bilqism dan istana Sulaiman memiliki 32 pilar di pintu gerbangnya. Selain itu, ada pula ruang pengadilan, tempat tinggal para rahib, pintu masuk ke kuil, lapangan atau alun-alun, dan lain sebagainya.

The Dome of Rock

Ada versi yang menarik mengenai keberadaan istana Sulaiman. Konon, salah satu kekerasan sikap Yahudi untuk merebut Palestina dan menghancurkan Al-Aqsha disebabkan oleh keberadaan istana Sulaiman tersebut.

Menurut versi Yahudi, kuil Sulaiman merupakan lambang kekuatan sehingga sangat berguna dalam situasi terkini di dunia internasional. Mereka meyakini bahwa fondasi kuil Sulaiman berada di Masjid Al-Aqsha. Namun, karena sudah roboh, kuil ini tidak bisa dibangun kembali. Mengapa Yahudi ngotot ingin menghancurkan Al-Aqsha? Konon, bukan Al-Aqsha yang dijadikan persoalan, melainkan simbol dari kuil Sulaiman itu sebelumnya.

Satu-satunya tempat yang bagus untuk pembangunan kuil itu terletak di Bukit Zaitun, di antara Masjid Al-Aqsha dan The Dome of Rock. Di tempat ini, pemandangannya sangat bagus. Pembangunan kuil itu dianggap sangat penting oleh pihak Yahudi, terutama pengakuan atas bangsa Yahudi.

Konon, kuil Sulaiman terletak di sebelah selatan Dome of the Rock, yaitu masjid yang dibangun oelh Khalifah Al-Walid dari Dinasti Umayyah. Tempat ini pernah dipakai shalat oleh Khalifah Umar bin Khattab. Ia kemudian meletakkan sebuah batu (the rock). Lalu, dibangun kubah yang kemudian dikenal dengan nama The Dome of Rock di atas batu itu oleh Abdul Malik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement