Kamis 09 Feb 2017 13:46 WIB

Mohamed Geraldez Mengenal Islam di Amerika dari Hiphop

Rep: Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Penampilan kolaborasis hip-hop Indonesia-Amerika saat tampil di @amerika, Jakarta, Rabu (15/2). (Republika/Wihdan Hidayat)

Mohamed mengakui, minimnya pengetahuan pada periode awal masuk Islam sangat berbahaya. Ia menjadi sangat ekstrem. Ia mengajarkan Islam secara eksplisit, bahkan tak enggan menasihati dan menyuruh orang lain mengamalkan ajaran Islam. Ia berkata kepada orang-orang di sekitarnya untuk tidak berfoto, tidak makan dengan tangan kiri, dan beberapa ajaran lain yang ia yakini.

Hal ini membuatnya semakin dijauhi. “Padahal, pekan lalu, kamu masih memakai obat-obatan terlarang, lalu tiba-tiba menyuruh orang begini-begitu. Itu dramatis,” kata dia.

Mohamed tak henti bersyukur. Sebab, ia masih mampu mempertahankan keimanannya hingga saat ini. Ia menjalani ibadah, membersihkan hati, serta terus memperbaiki diri. Selepas kuliah, ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi ke Suriah. Ia memperdalam Islam selama empat tahun di negara tersebut, juga Maroko, dan Mauritania. Tak heran, selain Inggris, ia juga menguasai bahasa Arab dan beberapa bahasa lain.

Kepergiannya ke Suriah menimbulkan tanda tanya besar dalam pikiran sang ibu. “Dia bingung mengapa anaknya punya keinginan untuk sukses dan keinginan lain, tapi dia ingin belajar bahasa Arab. Dan Islam. Ada apa? Apa ini?” kata dia.

Dalam kondisi itulah, ibunya tergugah untuk mempelajari Islam dan akhirnya memutuskan berpindah agama. Tak lama setelah itu, ayah dan beberapa anggota keluarganya mengikuti langkah mereka. Jalan ini bahkan juga diikuti oleh beberapa kawan dekatnya.

“Saya tidak tahu apa ini. Tapi kedamaian itu yang saya inginkan. Ketika saya bicara tentang hal-hal yang material dan rasional mereka selalu terkejut,” kata dia.

Seiring berjalannya waktu, dengan bertambahnya pengetahuan, Mohamed mulai memahami Islam dan sifatnya yang rahmatan lil alamin. Ia menjadi pribadi yang lebih ramah dan menemukan nilai yang sangat indah dalam ajaran Islam bahwa Allah Maha Mengetahui. “Allah yang paling tahu, sementara ulama dan apa yang tercantum pada kitab ibarat buku (baca: pedoman),” kata dia.

Dengan prinsip itu pula, ia mendakwahkan Islam dengan cara-cara yang lebih bisa diterima orang-orang di sekitarnya. Ia tak menempatkan orang-orang yang tak sependapat dengannya sebagai musuh. Ia justru merengkuh dan menjadikan mereka sebagai kawan.

“Saya tidak perlu mengatakan apa yang salah dengan agamanya. Orang tahu. Agama ini adalah rahmat. Santai saja. Kenapa bersikap sangat keras? Saya tidak paham,” ujar dia.  

Mohamed Geraldez kini dikenal sebagai wirausahawan, pembicara di berbagai pertemuan, dan motivator yang sukses. Bersama Kedutaan Besar Amerika Serikat, ia berkeliling ke berbagai negara untuk memotivasi orang mengembangkan dunia wirausaha dan teknologi digital. Ia menjadi investor di beberapa perusahaan dan menjalankan bisnis di berbagai bidang, termasuk industri halal, teknologi digital, makanan, lembaga keuangan, dan sebagainya.   

Di tengah isu islamofobia yang berkembang di Amerika, Mohamed menyatakan pesan bahwa Amerika Serikat tak banyak berubah. “Saya tidak tahu mengapa di media Amerika Serikat terlihat tak bersahabat. Orang datang setelah 911 dan mereka terkejut karena orang-orang bersikap baik. Itu hanya imej yang dimunculkan. Semua orang punya agenda. Media, perusahaan, semua punya agenda. Bagi saya Amerika masih sama,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement