Senin 06 Feb 2017 08:55 WIB

Bukan Sertifikat Dai dan Khatib yang Dibutuhkan

Dakwah
Foto: Dok. Republika
Dakwah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendikiawan Muslim Indonesia, Prof Komaruddin Hidayat mengatakan, sudah saatnya masjid-masjid di Indonesia melakukan penataan diri terutama dalam setiap khutbah, agar pesan dakwah yang disampaikan kepada masyarakat untuk meningkatkan ilmu dan ketakwaan.

"Jadi bukan sertifikat yang dibutuhkan, tapi konten dan budaya masjid itu yang harus ditata. Masjid yang menjaga kedamaian, meningkatkan keilmuan, ketakwaan, jangan jadi mimbar politik," kata Komaruddin usai menghadiri kegiatan Festival Madania, di Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu Kemarin.

Menurut mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta itu, yang diperlukan saat ini adalah masjid melakukan administrasi dan menata diri. Misalnya masjid-masjid menata khatib yang akan memberi khutbah seperti apa. Dan sesekali melakukan survei berupa pengisian angkot kepada jamaah, untuk mengetahui kurikulum ceramah yang disukai seperti apa.

"Jadi ada peningkatan administrasinya," kata mantan calon Menteri Agama ini.

Ia mengatakan, penataan masjid tersebut menjadi tanggungjawab moral dari ormas-ormas Islam yang dapat berafiliasi ke organisasi besar seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah atau ormas lain yang juga ikut menjaga.

"Karena khutbah ini juga bagian dari kebebasan beragama," katanya.

Terkait rencana sertifikasi khotib yang disampaikan oleh Kementerian Agama, Komaruddin berpendapat hal tersebut tidak diperlukan, karena para khotib berasal dari seleksi alam.

"Hendaknya pemerintah memfasilitasi masjid melakukan penataan, buat angket survei kepada jamaah, apa yang disenangi dari kurukulum itu. Memberikan khutbah di masjid ada rambu-rambunya, konten dan budaya masjid harus dijaga, jangan dilepas begitu aja. Karena memang ada beberapa masjid yang bahasanya keras," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement