REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Kota ini sepi sekali,” begitu kalimat yang biasa terucap kala orang Indonesia menjejakkan kakinya di Canberra. Memang, sebagai ibu kota sebuah negara yang luasnya satu benua tersebut, kondisi Canberra jauh berbeda dengan Jakarta.
Australia telah membagi wilayahnya dan Canberra menjadi ibu kota serta pusat pemerintahan. Sedangkan, pusat ekonominya ada di kota lain, seperti Sidney dan Melbourne. Inilah mengapa Canberra terlihat sepi karena yang ada di sana kebanyakan hanyalah kantor-kantor pemerintahan. Ketika sudah di atas pukul 18.00 waktu setempat, kota ini semakin sunyi, bus umum pun semakin jarang.
Dilansir dari Canberratimes, di kota ini ada sekitar 8.000 Muslim yang tinggal dari jumlah total penduduk yang lebih dari 350 ribu jiwa. Selain dari negara-negara Asia Tenggara, yang memang jaraknya ke Australia tak begitu jauh, Muslim dari negara lain juga banyak yang tinggal di sini. Misalnya, dari Turki, Pakistan, Arab Saudi, India, Mesir, dan negara-negara lainnya. Kota ini menjadi tempat tinggal baru dari semua warga dunia, yang memilihnya sebagai tempat menuntut ilmu atau mencari penghidupan.
Banyak orang Indonesia juga kaum Muslim lainnya dari seluruh penjuru dunia datang ke kota tersebut. Dalam menjalankan ibadahnya, tak banyak kesulitan dihadapi. Ada beberapa masjid dan mushala serta restoran yang menyediakan makanan halal. Kota ini bahkan mempunyai radio untuk Muslim, namanya Australian Muslim Voice.
Di Canberra terdapat sebuah Islamic center yang terus berkembang, baik dengan menambah gedung maupun pelayanan. Kepala Canberra Islamic Center Azra Khan mengatakan, pihaknya selalu terbuka bagi siapa pun yang ingin beribadah di tempatnya. Setiap hari, ada sekitar 50 hingga 70 orang yang ikut dalam shalat berjamaah. “Ketika shalat Jumat, jamaah biasanya mencapai 300 orang,” katanya.
Ketika Ramadhan, ada sekitar 750 umat Islam yang rajin datang ke tempat ini, untuk berbuka puasa bersama, shalat berjamaah, dan shalat Tarawih. Tak hanya menyediakan tempat ibadah bagi penduduk Muslim di kota ini, tapi terdapat pula perpustakaan dan ruang-ruang kelas untuk pendidikan agama. “Ada sekitar 150 anak dan orang tua yang setiap hari ikut dalam kelas tersebut,” ujarnya.
Ia mengakui, jumlah penduduk Muslim di Canberra semakin bertumbuh. Pengunjung yang membutuhkan banyak fasilitas keagamaan pun semakin bertambah banyak. Untuk itu, penambahan fasilitas pun diperlukan.
Selain masjid untuk tempat shalat, disediakan pula aula untuk pertemuan dan acara agama, ruang pemakaman untuk mengurusi jenazah, juga perpustakaan. Dalam perpustakaan ini, ada sekitar 30 ribu buku, termasuk sebuah Alquran yang bernilai sejarah tinggi karena telah berusia lebih dari 200 tahun.