REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali (w 1111 M) adalah salah seorang tokoh Muslim terbesar di dunia. Namanya selalu diidentikkan dengan karyanya yang sangat fenomenal, yakni Ihya 'Ulum ad-Din. Karya tersebut membahas tentang masalah tasawuf, pendekatan seorang hamba dengan Tuhannya.
Bahkan, sejumlah karyanya juga berkaitan erat dengan masalah tasawuf dan ilmu kalam. Sebut saja di antaranya adalah Bidayah al-Hidayah (Awal Mula Hidayah), al-Munqidz min ad-Dlalal (Penyelamat dari Kesesatan), al-Misykah al-Anwar (Cahaya Penerang), Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan), dan Tahafut al-Falasifah (Kecelakaan bagi orang yang filsafat).
Imam al-Ghazali demikian nama populernya sangat menguasai bidang tasawuf ini. Kendati demikian, al-Ghazalie sendiri sebenarnya juga sangat ahli dalam bidang fikih. Karyanya dalam bidang ini, antara lain, al-Mustasyfa min 'Ilm al-Ushul. Namun, karena banyaknya karya al-Ghazalie dalam bidang tasawuf, banyak orang lebih mengenalnya sebagai ahli sufi ketimbang ahli fikih.
Karya-karya al-Ghazalie yang demikian banyak itu, membuat banyak ulama mempelajari isi kitab-kitabnya. Di Indonesia, bahkan sejumlah karya al-Ghazali dipelajari di pesantren-pesantren. Karena isinya yang begitu baik, maka karya-karyanya itu kemudian diterjemahkan dalam sejumlah bahasa, seperti Inggris, Prancis, Jerman, Indonesia, dan lainnya.
Di Indonesia, magnum opus karya al-Ghazalie, Ihya 'Ulum ad-Din, begitu banyak diterjemahkan. Termasuk matan Ihya 'Ulum ad-Din, yakni Bidayah al-Hidayah. Oleh sejumlah ulama, Bidayah al-Hidayah kemudian beri komentar (syarah) lagi. Di antaranya yang dilakukan oleh Syekh Muhammad bin Umar al-Jawi al-Bantani (1815-1897 M/1230-1314 H), dengan memberi komentar atas matan Bidayah al-Hidayah, yakni Maraqi al-'Ubudiyah.
Kitab (Maraqi al-'Ubudiyah) ini terbilang cukup unik dan menarik, karena isinya tidak hanya membahas masalah tasawuf, sebagaimana umumnya kitab-kitab tasawuf. Sesuai dengan kitab aslinya dari matan Bidayah al-Hidayah, maka kitab karya Syekh Nawawi al-Bantani ini, juga berisi penjelasan tentang masalah-masalah fikih. Karena itu, Syekh Nawawi membagi dua bagian isi kitab ini. Bagian pertama berisi tentang masalah fikih, sedangkan bagian kedua berisi tentang masalah tasawuf.
Kitab Maraqi al-'Ubudiyah ini memuat isi setebal 114 halaman (cetakan Toko Kitab al-Hidayah, Surabaya). Tak terlalu tebal dibandingkan dengan kitab sejenis seperti al-Hikam, karya Syekh Atha'illah as-Sakandari, atau kitab Fath al-Muin karya Syekh Zainuddin bin Abd al-Azizi al-Malibari al-Fanani, maupun kitab lainnya seperti Safinah an-Naja, Kasyifah as-Saja, Kifayah al-Akhyar, dan sebagainya. Namun demikian, isi kitab Maraqi al-'Ubudiyah ini begitu besar manfaatnya bagi umat Islam, terutama mereka yang mempelajarinya.
Walaupun memadukan dua bidang ilmu (fikih dan tasawuf), isi kitab ini tidak selengkap seperti kitab fikih dan tasawuf pada umumnya. Kitab fikih, biasanya memuat permasalahan fikih mulai dari bab thaharah (bersuci), kemudian dilanjutkan dengan bab shalat, zakat, puasa, muamalah (ekonomi), jinayat (pidana), munakahat (pernikahan), dan haji.
Dan adapun kitab tasawuf, biasanya memuat tentang adab seorang murid kepada guru atau hamba kepada Tuhannya, penataan hati, mengendalikan hawa nafsu, dan amalan-amalan dalam upaya taqarrub ila Allah.