Sabtu 28 Jan 2017 13:18 WIB

Tokoh Tionghoa Harapkan Momentum Imlek Saling Menghargai

Warga Tionghoa berdoa menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2568, Jumat (27/1). (Ilustrasi)
Foto: Antara/Dewi Fajriani
Warga Tionghoa berdoa menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2568, Jumat (27/1). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Tokoh masyarakat Tionghoa di Kuta, Bali, mengharapkan, agar umat saling menghargai dan tidak mengedepankan sikap egonya masing-masing. Hal ini untuk mewujudkan toleransi antarsesama memaknai Tahun Baru Imlek 2568.

"Harapan saya agar yang dominan tidak terlalu egois, tetap menghargai yang minoritas," kata tokoh masyarakat Tionghoa, Adi Dharmaja Kusuma selaku penanggung jawab Vihara Dharmayana di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (28/1).

Menurut dia, hal itu berkaitan dengan filosofi Tahun Baru Imlek yang diyakini berlambang ayam api, sosok ayam yang dianggap memiliki karakter tegak, tidak menyombongkan diri dan jujur. Dia mengatakan, sikap-sikap tersebut diharapkan dapat diimplementasikan lebih optimal di tengah situasi bangsa saat ini agar terwujud rasa toleransi dan kerukunan antarumat.

Adi mengungkapkan, rasa toleransi, saling menghargai dan menghormati, serta kerukunan sudah sangat harmonis terjadi di Bali. "Adanya akulturasi budaya yang membaur harmonis juga menjadi simbol bahwa antara masyarakat Bali dan Tionghoa saling bertoleransi,"ujarnya.

Akulturasi budaya itu dapat dilihat di antaranya warga Tionghoa membawa "canang" atau rangkaian hiasan janur dan bunga dan sesajen buah atau hasil bumi serta adanya "penjor" atau bambu yang dihias janur yang diletakkan di depan pintu gerbang tempat ibadah seperti layaknya umat Hindu lakukan di Bali saat merayakan hari besar keagamaan.

"Kami yakin di Bali aman karena saling toleran, hormat-menghormati dan menghargai dalam kehidupan kerukunan beragama," imbuhnya.

Sementara itu setelah melangsungkan ritual tolak bala sehari menjelang Imlek, warga keturunan Tionghoa melakukan persembahyangan khusuk menyambut tahun baru di Vihara Dharmayana. Di vihara yang diperkirakan berdiri tahun 1750 itu bersembahyang dan menghaturkan bakti kepada para dewa dan leluhur. Selanjutnya mereka melakukan silaturahmi antarsesama warga Tionghoa dan masyarakat setempat.

sumber : a
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement