REPUBLIKA.CO.ID, LAMONGAN -- Ada yang paling berkesan dalam kehidupan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat dirinya mengenyam pendidikan. Pengelaman itu terjadi saat dirinya belajar di pondok pesantren (pontren).
Menurutnya, pendidikan di pontren berlangsung dalam 24 jam. Semuanya, penuh dengan nilai edukasi. Karenanya, bagi Menag yang juga mantan santri, seorang santri harus paham betul bahwa di pontren tidak hanya diajarkan ilmu agama saja meski itu intinya. Tapi tidak kalah pentingnya, pontren mengajarkan ilmu hidup.
"Ilmu hidup itu macam-macam, di antaranya adalah kedisiplinan,itu akan dipakai saat kita berada di mana-mana," kata Menag saat bertemu dengan santri dan pengasuh Pondok Pesantren Karangasem, Lamongan, Kamis (19/1).
Dikatakan Menag, dengan jadwal teratur itu, setiap santri bisa membayangkan akan apa. "Itu adalah cara kita mempersiapkan diri agar saat memasuki tahapan berikutnya kita sudah siap, dan agar bisa lebih baik dari yang lain. Terlebih, kita akan hidup di masyarakat dengan kompetisi yang ketat," ujarnya.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya, di pontren santri belajar menyikapi perbedaan karena menghadapi keragaman. Di pondok, kata Lukman, santri terbiasa dengan perbedaan, perbedaan tata cara berpikir dan budaya.
"Ini penting menyikapi perbedaan itu. Karena kalau tidak cukup pengetahuan tentang perbedaan, maka akan sulit beradaptasi," tuturnya.
Di pondok pesantren, lanjut Menag, santri belajar fiqih dengan banyak perbedaan mahzab, meski satu masalah. Menurutnya, kontribusi pontren menghasilkan wawasan luas. Inilah perlunya lembaga pontren untuk membekali sikap yang arif, karena perbedaan adalah sunnah. Jangan menganggap harus sama semua," ujar Menag.
Kepada para santri, Menag mengajak mereka untuk memanfaatkan betul waktu belajar di pondok. Ia bercerita, ketika bertemu tokoh-tokoh yang berasal dan alumni pondok pesantren, ketika diminta kalau waktu ini ditarik mundur, sebagian dari mengatakan ingin kembali ke masa di pondok.
"Untuk itu, sekali lagi, gunakan waktu sebaik mungkin, ingat tidak semua anak negeri memperoleh pendidikan termasuk di pondok," ujar Menag yang menambahkan bahwa pemerintah berterimakasih kepada pontren karena ikut membantu negara dalam mempersiapkan generasi mendatang.