Kamis 19 Jan 2017 14:30 WIB

Jejak Peradaban Islam di Afrika Barat

Rep: Heri Ruslan/ Red: Agung Sasongko
Peradaban Islam di Afrika Barat.
Foto: Onislam.net
Peradaban Islam di Afrika Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wilayah sub-Sahara Afrika Barat pernah menjadi saksi kejayaan peradaban Islam. Di wilayah yang dikenal dengan sebutan Bilad al-Sudan itu sempat berdiri dinasti-dinasti Islam. Bahkan, di kawasan Afrika Barat juga pernah berdiri perguruan tinggi berkelas dunia bernama Universitas Sankore.

Prof A Rahman I Doi dalam tulisannya bertajuk Spread Islam in West Africa, mengungkapkan, Islam mencapai wilayah Savannah (Afrika Barat) pada abad ke-8 M. Ajaran Islam mulai diterima oleh Dinasti Dya’ogo dari Kerajaan Tekur pada awal 850 M,’’ ungkap guru besar pada berbagai universitas di Afrika itu.

Fakta itu terungkap dari catatan sejarawan dan penjelajah Muslim di era keemasan Islam, seperti Al-Khwarzimi, Ibnu Munabbah, Al-Masudi, Al-Bakri, Abul Fida, Yaqut, Ibnu Batutah, Ibnu Khaldun, Ibnu Fadlallah al-’Umari, Mahmud al-Kati, Ibnu al Mukhtar, dan Abd al-Rahman al-Sa’di.

Margari Hill, sejarawan dari Stanford University, menjelaskan, Islam menyebar di Afrika Barat secara bertahap dan kompleks. Ada tiga tahap sejarah yang telah dilalui Islam di wilayah sub-Sahara. Ketiga tahap sejarah itu adalah tahap penahanan, pembauran, dan reformasi.

Pada tahap pertama, raja-raja Afrika menahan atau membendung pengaruh Muslim dengan memisahkan komunitas Muslim. Pada tahap kedua, penguasa Islam Afrika mencampur Islam dengan tradisi lokal. Pada tahap ketiga, Muslim Afrika ditekan melakukan reformasi untuk menyingkirkan kebiasaan mencampur tradisi lokal dan Syariah sehingga umat Islam menjalankan ajaran Islam secara benar.

Dinasti Dya’ogo merupakan orang Negro pertama yang menerima Islam di Afrika Barat. Karenanya, para sejarawan Muslim menyebut wilayah Kerajaan Tekur dengan julukan Bilad al-Tekur atau Tanah Muslim Hitam”. Ajaran Islam, menurut Prof Rahman—mengutip catatan Ibnu Munabbah yang bertarikh 738 M dan Al-Masudi pada 947—masuk dan berkembang di wilayah Afrika Barat melalui jalur perdagangan. 

Ketika Islam telah menyebar, di Kota Timbuktu, Mali, telah berdiri sebuah perguruan tinggi berkelas dunia, Universitas Sankore. Pada abad ke-12 , jumlah mahasiswa yang menimba ilmu di Universitas Sankore mencapai 25 ribu orang.

Universitas Sankore diakui sebagai perguruan tinggi berkelas dunia. Karena, lulusannya mampu menghasilkan publikasi berupa buku dan kitab yang berkualitas. Buktinya, baru-baru ini di Timbuktu, Mali, ditemukan lebih dari satu juta risalah. Selain itu, di kawasan Afrika Barat juga ditemukan tak kurang dari 20 juta manuskrip.

Sejarawan Abad XVI, Leo Africanus, menggambarkan kejayaan Timbuktu dalam buku yang ditulisnya. Begitu banyak hakim, doktor, dan ulama di sini (Timbuktu). Semua menerima gaji yang sangat memuaskan dari Raja Askia Muhammad—penguasa Negeri Songhay. Raja pun menaruh hormat pada rakyatnya yang giat belajar,” tutur Africanus.

Di era keemasan Islam, ilmu pengetahuan dan peradaban tumbuh sangat pesat di Timbuktu. Rakyat di wilayah itu begitu gemar membaca buku. Menurut Africanus, permintaan buku di Timbuktu sangat tinggi. Setiap orang berlomba membeli dan mengoleksi buku. Alhasil, perdagangan buku di kota itu menjanjikan keuntungan yang lebih besar dibanding bisnis lainnya. n

Dinasti Islam di Afrika Barat

Kerajaan Ghana (830-1235 M)

Dinasti Za di Gao (11 M -1275 M)

Dinasti Sayfawa (1075-1846 M)

Kekaisaran Mali (1230-1600 M)

Dinasti Keita (1235 -1670 M)

Kerajaan Songhai (1340-1591 M)

Kerajaan Bornu  (1396-1893 M)

Kerajaan  Baguirmi (1522-1897 M)

Kerajaan Dendi (1591-1901 M)

Kesultanan Damagaram (1731-1851 M)

Kerajaan  Fouta Tooro (1776-1861 M)

Kekhalifahan Sokoto (1804-1903 M)

Kerajaan Toucouleur (1836-1890 M)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement