Kamis 19 Jan 2017 06:51 WIB

Tolong-menolong Jauhkan Umat dari Fitnah

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Agung Sasongko
Akibat badai fitnah, hidup seseorang bisa sengsara.
Foto: Hdw.eweb4.com/ca
Akibat badai fitnah, hidup seseorang bisa sengsara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada satu ajaran mulia dalam Islam, namanya taawun. Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, berarti saling tolong-menolong sesama umat. Konsep ini ditegaskan Allah SWT melalui surah al-Maidah ayat 2. Muslim diperintahkan tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa, dan jangan menjalankannya dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Tak bisa dimungkiri, tolong-menolong merupakan hakikat dasar manusia yang memiliki karakteristik hidup sosial. Keseharian manusia selalu lekat dengan sesamanya. Mereka membentuk jalinan kekeluargaan, bertetangga, serta bermasyarakat. Mereka saling membutuhkan dan saling membantu untuk mewujudkan tata kehidupan lebih baik.

Pendek kata, manusia tidak bisa hidup sendirian. Dari pandangan Abdullah bin Sulaim al-Qurasyi dalam kitab At-Ta’awun wa Atsaruhu fi at-Taghyir, konsep tolong-menolong merupakan pedoman dan petunjuk terbaik bagi umat selama di dunia. Manfaat dari implementasi tolong-menolong sungguh besar.

Ulama besar itu menguraikan, dengan sikap saling tolong-menolong, sesulit apa pun pekerjaan akan bisa diselesaikan. Bersama itu pula dapat memperlancar pelaksanaan perintah Allah dan mewujudkan amar makruf dan nahi mungkar. Bukan hanya dalam keseharian, di lingkup agama konsep ini juga sangat sentral.

Melalui tolong-menolong, syiar Islam bisa ditegakkan secara lebih sempurna. Hal yang lebih penting adalah semakin kuatnya ukhuwah di antara umat,” kata Abdullah bin Sulaim. Sikap tolong-menolong juga menghadirkan rasa kasih sayang di antara sesama umat.

Seiring terjalinnya kebersamaan yang lahir dari tolong-menolong, mampu menjauhkan umat dari berbagai macam fitnah, iri, dengki, pertikaian, maupun permusuhan. Contoh terbaik dari pelaksanaan saling membantu dan tolong-menolong terjadi pada masa awal Islam.

Saat itu, umat Muslim dari Makkah yang dipimpin Rasulullah memutuskan hijrah ke Madinah demi menghindari represi dari kaum Qurais. Banyak dari kalangan Muhajirin tiba di Madinah tanpa memiliki bekal cukup. Lantas, bagaimana mereka bisa bertahan di wilayah asing.

Kekhawatiran itu tidak terbenam lama. Warga Madinah secara sukarela bersedia membantu dan memberikan pertolongan kepada saudara-saudara seimannya tersebut.

Ini kisah yang menggugah sekaligus bukti sahih atas penerapan sikap saling menolong yang penuh berkah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement