REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Granada pernah jadi kota perdagangan yang sibuk di era kekhalifahan Islam. Kota di Andalusia ini melayani transaksi jual beli dari timur dan utara Afrika, terutama Maroko. Gerabah adalah salah satu komoditas kondang di sana pada abad 14-15.
Ada gerabah artistik yang disebut gerabah emas karena gerabah ini dicat dengan cat metalik mengkilat. Gerabah emas yang digunakan sebagai pajangan punya nilai filosofis ketimbang gerabah yang digunakan sehari-hari.
Meski masa berganti, Granada tak bisa disingkirkan dalam catatan sejarah sebagai salah satu pusat karya seni dan kreativitas yang membanggakan umat Islam hingga hari ini. Dedikasi ini merambat ke semua karya seni, termasuk kerajinan gerabah.
Banyak yang tahu Istana Alhambra, istana dengan taman-taman nan indah. Sayangnya, tak banyak yang tahu Jun, kota kecil di utara Alhambra. Dalam buku Andalusia's New Golden Pottery, Tor Eigland sempat menceritakan Jun's Pavilion Arts, sebuah museum yang ada di kota kecil itu.
Memasuki museum ini, akan ditemui rak-rak di dinding dan lantai yang dimeriahkan ratusan vas, toples, teko, piring, lampu minyak, dan catur dari keramik, berukuran besar hingga kecil. Barang-barang itu berbentuk menarik, berhias lukisan geometris, flora, atau kaligrafi.
Inilah peninggalan Dinasti Nasriyah, dinasti Islam terakhir pada abad 14-15 yang bertahan di Spanyol, saat seni di selatan Spanyol sangat berkembang dalam tingkat yang tak pernah terjadi sebelumnya.
Mereka yang tertarik pada sejarah Andalusia akan takjub, antara tidak percaya dan bahagia melihat koleksi ini. Meski mayoritasnya adalah perabotan sehari-hari, barang-barang ini mulai hilang dari Spanyol setelah 1429 seiring pengusiran Muslim dari Spanyol menyusul penaklukan Granada.
Perabot keramik dengan warna metalik berkilau disebut loza dorada (gerabah emas). Warna emas atau perak dicampur pewarna hijau nampak jamak. Sejarah mencatat, gerabah emas ini pertama kali dibuat pada awal abad sembilan di Irak.
Para seniman Samarra di dekat Sungai Trigris kemudian memproduksi gerabah emas ini dalam jumlah besar untuk istana-istana Dinasti Abbasiyah yang terbentang dari India hingga Spanyol. Dua abad kemudian, teknik ini sampai juga ke Andalusia. Para seniman Andalusia kemudian melakukan pemutakhiran yang menghasilkan karya yang amat cantik di periode Alhambra.
Awalnya, gerabah emas dibuat dengan menggunakan emas, perak, platina, timah, dan tembaga. Tiap logam ini menghasilkan warna sendiri saat proses pembakaran dan hasil akhir. Teknik baru kemudian berkembang, para seniman gerabah menggunakan metaloksida yang dipulaskan pada bagian yang diinginkan pada gerabah menggunakan kuas. Dengan teknik yang berbeda tipis ini dihasilkan gerabah dengan sentuhan warna metalik.
Teknik seni gerabah Alhambra bisa dibilang sangat gaya dan kemungkinan adalah warisan Bangsa Moor. Warna yang muncul pada gerabah merepresentasikan elemen semesta, yakni bumi, air, api, dan waktu. Proses pembakaran gerabah emas pun bisa lebih dari sekali. Pada pewarnaan yang kompleks, setidaknya butuh enam kali pembakaran.
Beberapa gerabah emas yang dibuat pada lima abad terakhir berhasil diselamatkan. Salah satunya adalah Vas Alhambra atau Vas Gazel yang replikanya ada di Jun's Pavilion of the Arts.