Selasa 10 Jan 2017 16:53 WIB

Citra Wisata Halal Indonesia Membaik

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Menteri Pariwisata Republik Indonesia Arief Yahya pada 'Seminar Internasional Parawisata Halal' di Kampus ITB, Kota Bandung, Kamis (1/9). (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Menteri Pariwisata Republik Indonesia Arief Yahya pada 'Seminar Internasional Parawisata Halal' di Kampus ITB, Kota Bandung, Kamis (1/9). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan menang di World Halal Tourism Award (WHTA) 2015 dan 2016 yang berhasil melampaui Malaysia, pencitraan, dan promosi wisata halal dinilai sudah baik. Kementerian Pariwisata melihat ini saatnya bagi biro perjalanan mulai menjual paket wisata halal sehingga bisa menarik wisatawan peminat wisata halal ke Indonesia.

Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Bisnis dan Pemerintah, Tazbir, menjelaskan, pariwisata jadi komitmen nasional dan semua kementerian akan sejalan ke arah sana. Indonesia punya target 20 juta wisatawan mancanegara dan lima juta wisatawan Muslim pada 2020.

Setelah berhasil melangkahi Malaysia di WHTA 2015 dan 2016, Indonesia tidak lagi rendah diri. Pembangunan citra dan promosi wisata halal Indonesia terus membaik, tinggal proses bisnis pada penjualan paket wisata halal ke Indonesia.

''Saat ini banyak yang buat biro umrah, jarang ada yang buat biro wisata halal ke Indonesia. Dengan menjual paket wisata halal kita jadi bagian yang ikut membawa devisa ke Indonesia. Sekarang kita butuh tim jualan,'' kata Tazbir dalam Munas II Asosiasi Penyelenggara Haji Umroh dan in- Bound Indonesia (Asphurindo) di Gunung Geulis, Kabupaten Bogor, Selasa (10/1).

Kemenpar membentuk Tim Pengembangan dan Percepatan Pariwisata Halal (TP3H) untuk mendorong pariwisata halal. Sekarang ada 117 juta wisatawan Muslim yang bepergian untuk wisata. Untuk terus meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari Timur Tengah, paket wisata halal perlu lebih banyak.

Penghargaan yang berhasil Indonesia raih akhirnya menyadarkan kalau selama Indonesia kurang menggerakkan sektor wisata ini. Perlu berbagi tugas antara pemerintah dan pelaku bisnis. Asosiasi biro perjalanan bisa menjual paket dan Kemenpar membantu promosi. ''Di Indonesia, kalau ada satu yang berhasil, yang lain ikut,'' ungkap Tazbir.

Saat ini yang terjadi di pasar global adalah 'perang' ekonomi. Potensi Indonesia. Jangan sampai potensi wisata Indonesia malah ditangkap dan dijual jadi paket wisata oleh negara lain.

Dari laporan State of Global Islamic Economy 2016-2017, belanja Muslim global untuk pariwisata pada 2015 (di luar haji dan umrah) mencapai 151 miliar dolar AS, tumbuh 4,9 persen dibanding 2014 atau tiga persen lebih tinggi dari pertumbuhan pariwisata global. Pendapatan yang dihasilkan industri pariwisata ramah Muslim ini ditaksir mencapai 24 miliar dolar AS pada 2015.

Negara-negara GCC masih merupakan yang terbesar dalam belanja wisata halal yakni 54,39 miliar dolar AS pada 2015. Dari sisi populasi, Muslim di GCC hanya tiga persen dari total populasi Muslim dunia, namun belanja wisata halal negara-negara GCC mencapai 37 persen dari total belanja wisata halal oleh komunitas Muslim global pada 2015.

Dalam laporan Global Muslim Travel Index (GMTI) 2016, ada 117 juta Muslim yang pergi berwisata selama 2015. Jumlahnya diprediksi akan mencapai 168 juta orang dengan pengeluaran mencapai 200 miliar dolar AS pada 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement