Rabu 28 Dec 2016 04:54 WIB

Pelajaran Berharga dari Mbah Moen, Gus Mus, dan Quraish Shihab

Gus Mus (kiri) dan Prof Quraish Shihab (kanan)
Foto: dok pri
Gus Mus (kiri) dan Prof Quraish Shihab (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, Di tengah-tengah krisis keteladanan, sebenarnya masih banyak ‘oase’ yang menjadi penyejuk dan penawar kedahagaan serta kerinduan umat akan contoh-contoh kebesaran hati ulama. Kesahajaan mereka jauh dari sorotan media, dan tetap tegar di tengah serangan sarkatik netizen di dunia maya. 

Cerita yang dinukilkan Sekjen Ikatan Alumni Al-Azhar Indonesia (IAAI), Muchlis M Hanafi tentang kunjungan dan silaturahim tiga guru besar, yaitu Prof M Quraish Shihab, KH Maimoen Zubair (Mbah Moen), dan KH Mustofa Bisri mengajarkan kepada kita semua tentang banyak hal di antaranya kerendahhatian, penghormatan dan kecintaan terhadap ulama. Tiga hal tersebut serasa kian tergerus diterpa perilaku tak sedikit orang di media sosial yang kian tak beradab. 

Berikut ini, kutipan penggalan kisah pertemuan tiga tokoh besar itu di sela-sela Seminar Nasional Tafsir Alquran yang dihelat PP al-Anwar, Sarang Rembang asuhan Mbah Moen beberapa waktu lalu yang diterima Republika.co.id :     

Sisi Lain Kehidupan Kaum Santri 

Tidak biasanya, di pojok ruang tamu kediaman Gus Mus yg sederhana dan bersahaja, tersedia tiga buah kursi dan meja. Semua tamu, tak terkecuali para pejabat, selalu diterima dengan lesehan.

Sore itu, Sabtu (24/12), agak berbeda. "Saya pinjam kursi ini dari tetangga", begitu seloroh Gus Mus menyambut Ustaz M Quraish Shihab (MQS), sambil mempersilakan MQS duduk di atas. 

Gus Mus sendiri? Beliau lebih memilih duduk (ndesor) di bawah, seperti dalam gambar. Kalau tidak 'dipaksa' MQS, beliau pun enggan. "Kalau tidak mau duduk di sini, saya yang akan duduk di bawah", begitu kata MQS.

Gus Mus sediakan kursi bukan saja karena mengira MQS tidak bisa duduk di bawah, tapi kerendahan hatinya mendorong untuk memuliakan org yang dipandangnya alim. Akankah MQS bangga dan berbesar hati? TIDAK! 

Selang satu hari, Ahad (25/12), di Sarang, dengan penuh ketulusan MQS mencium tangan ulama kharismatik yg dihormatinya, Mbah Maimoen Zubair. 

Tak segan2 MQS juga meminta Gus Mus dan Mbah Moen memimpin doa. Saat tiba shalat maghrib, MQS pun persilakan Gus Mus mengimami, meski di awal Gus Mus sempat menolak.

"Di atas org yg berilmu selalu ada yg lebih berilmu", begitu kata Alquran. Ilmu tidak akan pernah sampai ke dalam hati yg sombong, seperti air yang tidak akan pernah sampai ke tempat yang tinggi, begitu kata Imam Nawawi. Perlu kerendahan hati.

العلم حرب للفتي المتعالي كالسيل حرب للمكان العالي

Terima kasih para guru yang mulia.

Muchlis M Hanafi

Santri MQS dan Pelayan Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement