REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara mengejutkan, partai politik terbesar di Rumania menunjuk Sevil Shhaideh (52 tahun) untuk menjadi perdana menteri, Rabu (22/12). Jika disetujui presiden dan parlemen, ia akan menjadi Muslim dan wanita pertama yang menjabat sebagai perdana menteri."Ini adalah pilihan yang mengejutkan. Memilih Shhaideh menunjukkan bahwa Liviu Dragnea (pemimpin Partai Sosial Demokrat) akan mengontrol pemerintah tanpa harus tanggung jawab langsung. Shhaideh tidak memiliki noda, sehingga Iohannis tidak memiliki alasan untuk menolak dia," ujar seorang profesor ilmu politik di Babes-Bolyai University di Cluj, Sergiu Miscoiu, dikutip New York Times.
Profesor Miscoiu mengatakan, pilihan Shhaideh mungkin juga dilakukan untuk menangkis tuduhan ortodoksisme dan nasionalisme selama kampanye Partai Sosial Demokrat. "Partai Sosial Demokrat seolah berkata secara implisit: Anda menuduh kami sebagai nasionalis dan ortodoksis? Lihat apa yang kami lakukan, tidakkah Anda menyukainya?" kata Miscoiu.
Shhaideh telah menghabiskan sebagian besar kariernya di Pelabuhan Constanta, Laut Hitam, bukan di ibu kota Bucharest. Namun, dia terlihat memiliki hubungan yang dekat dengan Dragnea.Shhaideh diketahui pernah bekerja sebagai sekretaris di Kementerian Pembangunan Daerah saat Dragnea menjabat sebagai menteri. Shhaideh kemudian menggantikan posisi itu ketika Dragnea mengundurkan diri pada 2015 lalu.
Wanita Muslim sangat jarang mendapat kepercayaan menjabat sebagai kepala negara atau kepala pemerintahan di Eropa. Wanita-wanita Muslim Eropa yang memiliki jabatan tinggi biasanya tinggal di negara mayoritas Muslim, seperti Tansu Ciller yang menjadi Perdana Menteri Turki pada 1990-an, dan Atifete Jahjaga yang menjadi Presiden Kosovo pada 2011 - 2016.Sebaliknya, lebih dari 80 persen penduduk Rumania beragama Kristen Ortodoks.
Hanya kurang dari satu persen yang beragama Muslim."Akan ada beberapa pihak yang tidak akan menyukainya. Mereka juga tidak akan menyukai dua posisi politik paling kuat di Rumania diambil oleh orang-orang dari etnis dan agama minoritas," kata Ivan, mengacu pada Presiden Klaus Iohannis yang beragama Protestan, keturunan Jerman.Meski, Ivan menilai Shhaideh tidak akan terlihat asing bagi warga Rumania.
"Umumnya, komunitas Muslim Rumania, Turki, dan Tatar termasuk sangat moderat. Mereka telah hidup lebih dari 100 tahun di negara non-Muslim. Mereka telah melalui rezim sosialis. Jika Anda melihat Shhaideh, ia tidak berhijab," kata dia.Tampaknya pengangkatan Shhaideh akan melunakkan Rumania terkait kuota migran. Rumania adalah salah satu negara anggota Uni Eropa yang awalnya menentang pengaturan kuota wajib untuk relokasi migran dari Timur Tengah atau Afrika Utara.Saat ini Shhaideh tengah menunggu keputusan presiden untuk meresmikannya sebagai Perdana Menteri, yang kemungkinan akan dilakukan pekan ini. Kemudian, Shhaideh harus melakukan konfirmasi lagi melalui pemungutan suara di Parlemen.