Kamis 22 Dec 2016 07:21 WIB

Azan Turut Jadi Patokan Masyarakat Hindu Bedugul Beraktivitas

Rep: wahyu suryana/ Red: Damanhuri Zuhri
Azan (ilustrasi)
Foto: forsil.org
Azan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Bimas Islam Kanwil Kemenag Provinsi Bali, Nurkhamid, mengungkapkan hubungan umat beragama di Bedugul terjalin dengan sangat baik. Bahkan, adzan, jadi salah satu aspek yang bukan cuma penting bagi umat Islam melainkan umat Hindu di Bedugul untuk beraktivitas.

"Masyarakat Hindu kalau ke pasar menunggu itu, jadi patokannya kalau sudah ngebang (adzan), sebab waktunya pasti," kata Nurkhamid kepada Republika usai Penganugerahan Masjid Percontohan Kementerian Agama, Selasa (13/12) lalu.

Meski begitu, ia menekankan, pengeras suara menjadi komponen masjid yang harus mendapatkan perhatian khusus, mengingat penggunaannya tentu harus dilakukan secara bijak. Tapi, Nurkhamid merasa, lantaran masyarakat Muslim di Bedugul sudah ada sejak lama, masyarakat Hindu di sana pun sudah ikut memahami aktivitas masjid.

Ia menjelaskan penggunaan pengeras suara harus mengikuti aturan Kementerian Agama, sehingga tidak menimbulkan masalah di masyarakat.

Menurut Nurkhamid, penggunaan pengeras suara masjid secara bijak terbukti mampu menjaga rasa saling menghormati dari semua umat beragama yang tinggal di Bedugul, sehingga toleransi pun berjalan dengan sangat baik. "Kalau riak-riak kecil biasa, tapi selama ini Alhamdulillah tidak ada konflik dan toleransi berjalan dengan baik," ujar Nurkhamid.

Masjid Besar Al Hidayah sudah menorehkan prestasi yang sangat membanggakan, dengan meraih peringkat dua nasional sebagai Masjid Paripurna di Indonesia dari Kementerian Agama. Itu berarti, Masjid Besar Al Hidayah bukan cuma penting bagi umat Islam di Bedugul, melainkan jadi panutan masjid-masjid yang ada di seluruh Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement