REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peluncuran Tafsir At Tanwir oleh PP Muhammadiyah dinilai strategis bagi umat di tengah kondisi umat yang seolah kehilangan obor dan aneka persoalan yang mendera.
Ketua PP Aisyiyah Masyitoh Chusnan mengatakan, Tafsir At Tanwir lahir di tengah kondisi bangsa seperti sekarang ini. Saat Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah bisa meluncurkan tafsir Alquran untuk kebutuhan umat, Masyitoh menilai hal itu strategis di tengah kebutuhan umat.
"Kita seolah kehilangan obor. Saat Muhammadiyah sebagai organisasi besar negeri ini tidak bisa melahirkan tafsir, justru ironis. Karena tafsir ini tidak hanya akan dimanfaatkan warga Muhammadiyah tapi juga umat," ungkap Masyitoh di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, pekan ini.
Tafsir At Tanwir yang diluncurkan Muhammadiyah akan jadi warisan dan sejarah bahwa Muhammadiyah punya andil membangun peradaban bangsa ini.
Adalah wajib bagi Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah untuk meluncurkan tafsir semacam ini. Sebab sebagai majelis yang berkutat dalam perkembangan pemikiran umat, perlu lahir tafsir yang jadi rujukan pedoman bagi umat.
Karena Allah SWT menurunkan Alquran yang berisi ayat tegas dan ayat yang butuh tafsiran. Ayat yang butuh tafsir itu banyak. "Maka Majelis Tarjih dan Tajdid wajib menyediakan itu untuk umat. Kehidupan umat juga terus berubah," tutur Masyitoh.
Sebagai bagian dari Muhammadiyah, Masyitoh menyatakan Aisyiyah bangga akan kehadiran tafsir ini, terlepas dari pendekatan penafsiran yang digunakan. Kalau mau membandingkan dengan Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka, Masyitoh menilai Tafsir At Tanwir lebih maju.
"Buya tafsirkan sekelompok ayat dan umat kebanyakan sekali baca sudah paham. Tafsir At Tanwir punya kelebihan pada kemudahan apa yang dibutuhkan pembaca," kata Masyitoh.
Awal pekan ini, PP Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid meluncurkan Tafsir At Tanwir, meski baru Juz 1. PP Muhammadiyah menargetkan dalam tujuh tahun ke depan, 30 juz Alquran sudah rampung ditafsirkan.