REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Jamiyyatul Qurro’ Wal Huffadz (JQH) Nahdlatul Ulama’ Kota Depok tengah gencar mengsyiarkan metode cara baca Alquran dengan baik dan benar. Pasalnya, untuk melahirkan seorang hafidz (penghafal Alquran) perlu adanya ketentuan dan kualifikasi dalam membaca kalam ilahi. Terlebih lagi, banyak munculnya rumah tahfidz Alquran di masyarakat.
Hal itu dibenarkan Majelis Ilmi JQH Kota Depok KH Jazim Hamidi MA yang menilai, bahwa munculnya rumah tahfidz,l embaga baca Alquran merupakan suatu usaha positif dalam mengembangkan bacaan Alquran. Hanya saja, kata dia, peserta didik seakan diajak menghafal Alquran dan membaca tanpa ada persiapan yang matang. Terlebih lagi, bagi seorang hafidz harus memiliki proses yang komprehensif.
”Melalui JQH, kita syiarkan metode baca Alquran yang baik dan benar. Metode yang kita gunakan adalah metode baghdadiyah. Yaitu metode baca Alquran yang menekankan kepada makhorijul huruf dan sifatul huruf," katanya.
Tentunya, dalam penyampaian materinya sesuai dengan peserta didik dan menyenangkan. Pihaknya berharap, dengan metode baghdadiyah bisa mewarnai dari metode yang sudah ada saat ini.
"Kalau diterapkan di TPA (Taman Pendidikan Alquran), maka anak-anak harus khatam 30 juz baru bisa diwisuda,” ujarnya disela-sela acara Konferensi Cabang I Jamiyyatul Qurro’ Wal Huffadz (JQH) Nahdlatul Ulama’ Kota Depok dan Metode Baca Al-Quran Baghdadiyah. Masjid KH. M. Yusuf, Pesona Khayangan, Depok. Ahad, (18/12).
Jazim mengungkapkan, untuk menjadi seorang hafidz haruslah melalui proses secara komprehansif. Di antaranya, menguasai standar kualifikasi baca Alquran. Untuk itu, seorang hafidz harus lulus ujian Binnadhor (penyimakan oleh guru Alquran secara langsung) yang memiliki sanad atau transmisi bacaan Alquran yang sampai pada Rasulullah.