Ahad 18 Dec 2016 17:00 WIB

MPU: Jangan Sampai Luput Tangani Anak Yatim Korban Gempa di Aceh

Sejumlah pelajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) mengikuti proses belajar mengajar di tenda darurat pasca sekolah mereka roboh akibat gempa 6,5 SR di Desa Paru Keude, Kecamatan Bandar Baro, Pidie Jaya, Aceh, Jumat (16/12).
Foto: Antara/Rahmad
Sejumlah pelajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) mengikuti proses belajar mengajar di tenda darurat pasca sekolah mereka roboh akibat gempa 6,5 SR di Desa Paru Keude, Kecamatan Bandar Baro, Pidie Jaya, Aceh, Jumat (16/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh Tgk Faisal Aly mengharapkan semua pihak agar lebih fokus untuk menangani anak-anak, khususnya yatim piatu yang menjadi korban gempa di Kabupaten Pidie Jaya.

"Kita berharap semua pihak harus memberi perhatian kepada anak-anak, khususnya yatim piatu, untuk mengembalikan semangat mereka yang mengalami trauma pada saat gempa," katanya di Banda Aceh, Sabtu Kemarin.

Menurut Abu Sibreh, panggilan akrab Faisal Aly, bantuan pangan sudah banyak, sehingga siapa saja yang ingin membantu korban gempa Pidie Jaya, maka agar difokuskan pada anak yatim, karena mereka orang yang saat ini sangat menderita saat ini, mengingat selain mengalami trauma, juga ditinggal oleh orang tuanya.

"Jangankan anak-anak, orang dewasa saja saat ini masih trauma dengan musibah gempa yang terjadi Rabu (7/12) pagi, karena selama hidupnya baru itu merasakan goncangan yang sangat kuat. Oleh karenanya, penanganan anak-anak harus menjadi fokus utama untuk mengembalikan mental mereka," katanya.

Abu Sibreh yang juga Ketua DPW Nahdlatul Ulama Provinsi Aceh itu penanganan anak-anak bisa dengan cara "healing" Alquran yang mendatangkan qari dan qariah serta nasehat agama, sehingga jiwa anak-anak itu bisa tenang kembali.

Menurut Abu Sibreh untuk mengembalikan mental anak-anak memang tidak gampang, karena butuh jangka panjang, sehingga penanganannya harus lebih serius.

Ia juga menyatakan, penanganan anak-anak agar tidak dicampur adukan dengan hiruk pikuk bantuan. Bantuan sandang pangan sudah cukup, tinggal bagimana dipikirkan penanganan mental bagi korban, khususnya anak-anak yatim piatu.

Dikatakan, penanganan anak-anak agar dibedakan dengan anak-anak yatim piatu, karena mereka sudah tidak ada orang tuanya lagi, sementara masa depan mereka masih panjang.

"Kita jangan sampai luput menangani anak yatim ini. Kalau sampai lupa, maka sama dengan kita mendhalimi mereka," ujar Abu Sibreh yang juga Pimpinan Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah Sibreh, Kabupaten Aceh Besar.

Menurut Abu Sibreh, korban anak-anak, khusus anak yatim cukup banyak, mungkin bisa mencapai ratusan dan ini merupakan masa depan Aceh yang harus ditangani secara serius.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement