REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Ibnu Jubair juga menceritakan jembatan ponton. Menurut dia, ponton ditopang perahu-perahu besar di atas Eufrat.
Ada yang lainnya dan berukuran lebih besar di atas sebuah saluran air di Baghdad. Jembatan ponton lainnya dibangun melintasi sungai-sungai Khuzistan, sebuah provinsi di Iran yang beririsan dengan wilayah Irak. Pun Sungai Helmnd, Sijistan, kini wilayah barat Afghanistan.
Kota Fustat sekarang terkenal dengan nama Kairo lama, Mesir, memiliki jembatan ponton untuk beberapa tahun lamanya. Menurut sejarawan al-Istakhri, pada paruh awal abad ke-10 jembatan melintang dari kota ke area kepulauan. Sedangkan jembatan lainnya dari area kepulauan mengarah ke tepi sungai.
Sekitar dua abad kemudian, sejarawan lainnya, al-Idrisi mengungkapkan gambaran yang hampir sama. Jembatan ponton tidak dibangun di sungai yang menjadi jalur perdagangan atau transportasi, karena bisa mengganggu lalu lintas perahu-perahu. Di kondisi ini, biasanya hadir jembatan lengkung.
Pembangunan jembatan lengkung di wilayah-wilayah yang terdapat banyak batu, seperti beberapa bagian wilayah Iran, pembangunan jembatan lengkung menggunakan batu bata yang dibakar. Pada umumnya, pembuatan jembatan semacam itu menggunakan bahan baku utama berupa batu.
Pakar geografi al-Qazwini yang meninggal pada 1283 Masehi, mewariskan gambaran grafis tentang sebuah jembatan lengkung yang besar di Kota Idhaj, Khuzistan. Jembatan lengkung lainnya terdapat di atas Sungai Tab, Iran. Istakhri melihat jembatan tersebut pada awal abad ke-10.