Senin 12 Dec 2016 07:26 WIB

PII Bangun Pusat Rehabilitasi Korban Gempa Aceh

Rep: ahmad baraas/ Red: Damanhuri Zuhri
Anak-anak pengungsi korban gempa bermain sambil menyanyi bersama Kaka Seto di pengungsian, Pidie jaya, NAD, Jumat (9/12).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Anak-anak pengungsi korban gempa bermain sambil menyanyi bersama Kaka Seto di pengungsian, Pidie jaya, NAD, Jumat (9/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna membantu merehabilitasi dampak psikologis korban gempa Aceh, Pelajar Islam Indonesia (PII), mendirikan playgroup di titik-titik korban gempa di Provinsi Aceh.

Pembanguan playgroup itu, kata Wakil Sekjen Pengurus Besar (PB) PII, dikoordinir oleh Pengurus Wilayah PII Aceh. "Kami bergabung bersama-sama dengan kelompok masyarakat lainnya untuk melakukan pembinaan," kata Zikrillah.

Dihubungi melalui pesawat handphone-nya, Ahad (11/12) petang, Zikrillah mengatakan, playgroup yang didirikan PW PII Aceh, semuanya berlokasi di Kabupaten Pidie. Lima dari 15 playgroup yang akan dibangun PII itu yakni di Kecamatan Ulin, Kecamatan Simpang Tiga Merdu, Kecamatan Panti Raja, Kecamatan Paru dan Merdu.

Menurut Zikrillah, playgroup sebagai pusat rehabilitasi psikologis para korban gempa, lebih ditujukan untuk merehabilitasi rasa trauma anak-anak setempat. Bantuan makanan sebutnya, kendati masih tetap diperlukan, untuk sementara waktu dianggap sudah cukup.

"Kalau ada yang hendak menyumbang dalam bentuk materi, sebaiknya dalam bentuk material bangunan saja, seperti semen dan lainnya," ungkap Zikrillah yang juga berasal dari Provinsi Aceh.

Perihal pendirian pusat-pusat rehabilitasi psikologis akibat gempa, Zikrillah mengatakan, Pemprov Aceh sudah mendirikan posko pendirian lembaga rehabilitasi. Jadi jika ada pihak-pihak yang ingin mendirikan lembaga serupa, agar melapor atau berkoordinasi dengan posko yang ada. "Kalau ada yang melakukan kegiatan rehabilitas tanpa melapor, kegiatannya bisa dibuatkan."

Ada pun tujuan dari dibentuknya posko katanya, agar pemberian bantuan pusat-pusat rehabilitasi bisa lebih terarah dan sesuai dengan yang diperlukan oleh warga korban gempa. Karena katanya, yang tahu kondisi dan kebutuhan waga adalah warga atau masyarakat Aceh sendiri.

"Jadi donatur bisa lebih nyaman, tinggal menyesuaikan saja, terhadap apa yang diperlukan warga untuk kegiata rehabilitasi psikologis itu," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement