REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pagi itu, ribuan orang hilir mudik di Melbourne Exhibition Center. Mereka hendak menghadiri Food and Beverage 2016. Sebuah ajang yang mempertemukan 150 agen eksportir dari 24 negara, termasuk Indonesia, dengan produsen-produsen pangan dan makanan olahan kelas wahid di Australia.
Seorang perempuan muda menawarkan potongan daging bebek kepada pengunjung. Saat ditanya apakah daging itu halal, dia mengiyakannya. Live A Duck, salah satu peserta pameran itu merupakan salah satu produk daging bebek yang sudah memiliki sertifikat halal.
Daniel Russel, Nasional Customer Service Manager Luv A Duck mengungkapkan, produknya mendaftar sertifikat halal di otoritas setempat setiap tahun. Meski tidak mencantumkan logo halal, Luv A Duck akan menginformasikan tentang sertifikat halal kepada para konsumen yang bertanya tentang kehalalan daging mereka.
Daniel mengatakan, mayoritas penikmat Luv A Duck berasal dari pasar dalam negeri. Meski demikian, ada beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor produk bebek itu. "Kami ekspor ke beberapa negara seperti Maladewa dan Asia Tenggara. Beberapa negara memiliki akreditasi yang berbeda untuk produk impor, salah satunya halal," kata Daniel.
Brendan Larkin, Market Engagement Manager Negara Bagian Victoria, menjelaskan, Victoria merupakan negara bagian yang paling mumpuni dalam sertifikasi halal di Australia. Dia menjelaskan, ada 30-50 persen produk ekspor asal Australia yang sudah berlabel halal.
"Memang agak sulit jika setiap negara memiliki lembaga halal yang berbeda dan itu menyebabkan harga yang mahal. Tapi, pengusaha kami tetap melakukannya," kata Brendan.
Dia beralasan meski Cina menjadi tujuan ekspor utama produk-produk Victoria, negara-negara Asia Tenggara dan Timur Tengah mengambil posisi penting bagi pasar ekspor di Victoria. Sertifikasi halal pun dibutuhkan mengingat banyak Muslim tinggal di negara-negara tersebut. Menurut Brendan, beberapa produk ekspor yang sudah besertifikasi halal di antaranya, yakni daging sapi, daging domba, dan daging kambing.
Pengembangan sektor bisnis halal tidak hanya dilakukan berbagai negara Muslim di dunia. Bisnis halal juga mulai dilirik dan dikembangkan negara-negara non-Muslim. Hal ini memang bukan tanpa alasan. Industri halal memang memiliki potensi pasar yang sangat baik. Di kawasan Asia, misalnya. Kamboja, sebuah negara kecil yang jauh dari hiruk pikuk industri halal pun sudah melakukannya.