Selasa 29 Nov 2016 09:31 WIB

Anak Rohis Indonesia Moderat, Tapi...

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Andi Nur Aminah
Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid memberikan paparan saat seminar dan sosialisasi rekomendasi kebijakan mempromosikan kerukunan sosial keagamaan di Jakarta, Senin (28/11).
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid memberikan paparan saat seminar dan sosialisasi rekomendasi kebijakan mempromosikan kerukunan sosial keagamaan di Jakarta, Senin (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah survei yang dilakukan The Wahid Institute pada anak-anak Rohis se Indonesia, menyebutkan sebagian anak-anak Rohis berpandangan moderat. Namun, lebih dari setengahnya mengaku siap berjihad ke Palestina, Suriah, dan Poso.

Temuan ini diungkapkan Direktur The Wahid Institute, Yenny Zannuba Wahid dalam seminar 'Mempromosikan Kerukunan Sosial-Keagamaan' oleh The Wahid Institute di Cikini, Senin (28/11). Survei terbatas Rohis se Indonesia 2016 dilakukan pada remaja 15 hingga 17 tahun itu, Wahid Institute mendapati 42,31 persen responden masuk rangking 10 besar di sekolah. Mereka mayoritas moderat dalam urusan relasi sosial.

Sebanyak 88,44 persen dari mereka menilai hormat pada merah putih bukan hal haram. "Ini sengaja kami tanyakan karena ada doktrin di ekstra kurikuler kalau hormat bendera haram apalagi pada pemerintah thoghut," kata Yenny.

Ada 79 persen anak-anak Rohis tidak setuju mengkafirkan agama atau kelompok lain. Menurut Yenny, anak-anak Rohis ini anak-anak pintar dan seharusnya diajari berpikir kritis.

Namun, 60,90 persen dari anak Rohis yang ikut survei mengaku bersedia jihad saat ini ke Palestina, Suriah, dan Poso. Sementara 68,33 persen bersedia jihad setelah lulus ke Palestina, Suriah, dan Poso.

"Lelaki muda lebih berpotensi radikal sementara perempuan muda potensial jadi intoleran. Makin tua tingkat radikalisme dan intoleran makin rendah," kata Yenny.

Hasil survei lain Wahid Institute juga menyebut, dengan 207 juta Muslim di Indonesia yang mayoritasnya moderat dan toleran, 72 persen menolak aksi radikal yang lakukan kekerasan atas nama agama. Ada 82,3 persen menilai Pancasila amat sesuai untuk Indonesia.

Sebanyak 67 persen responden mendukung nilai demokrasi. Sementara 88 persen responden yakin tiap warga negara berhak memeluk agama sesuai keyakinan. "Tapi 600 ribu jiwa pernah melakukan radikalisme atas nama agama. Pun 11 juta jiwa berpotensi lakukan radikalisme kalau ada kesempatan," ungkap Yenny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement