Ahad 27 Nov 2016 11:04 WIB

Sulitnya Membangun Masjid Raya di Papua Barat

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Masjid Patimburak di Fakfak, Papua Barat, menandai hadirnya Islam di tanah Papua sejak tahun 1700 lampau.
Foto: blogspot.com
Masjid Patimburak di Fakfak, Papua Barat, menandai hadirnya Islam di tanah Papua sejak tahun 1700 lampau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kearifan lokal dan kerukunan di Provinsi Papua Barat, mulai terkikis. Baru-baru ini, sering terjadi benturan antarumat beragama. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Papua Barat mencurigai ada pihak yang memprovokasi masyarakat lokal yang dulunya rukun.

Ketua Umum MUI Papua Barat Ahmad Nausrau mengatakan, Kabupaten Manokwari adalah ibu kota Papua Barat. Di sana, seperti ada upaya-upaya pelarangan pembangunan masjid raya. Padahal, pembangunan masjid raya di ibu kota provinsi merupakan hal yang wajar. "Apa salahnya ketika masjid raya di bangun," kata Ahmad kepada Republika, kemarin.

Akan tetapi, kata dia, seperti ada upaya dari sekelompok orang untuk menghalangi pembangunan masjid raya di ibu kota provinsi. Padahal, seharusnya yang perlu dipikirkan bersama-sama adalah bagaimana supaya masyarakat bisa hidup tenang dan aman. "Masyarakat bisa aman, tenang, dan tertib itu ketika ada rumah ibadah," ujarnya.

Ahmad mengatakan, ketika ada pelarangan dari sekelompok umat kepada umat lain, maka sikap tersebut akan menjadi kontraproduktif. Kondisi seperti ini yang terjadi di Papua Barat. Padahal, kata dia, kalau ada tempat ibadah untuk semua umat beragama akan tenang dan hidup berdampingan.

Menurutnya, berbagai upaya untuk menghalangi pembangunan masjid raya akan menimbulkan ketidakharmonisan. Kendati demikian, diakui dia, sejauh ini benturan antarumat beragama lebih kepada ucapan berbau SARA. "Artinya tidak sampai ke kontak fisik," kata Ahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement