REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konten dan distribusi amat penting dalam menyampaikan pesan dakwah di media sosial. Konten dan distribusi juga harus menyesuaikan dengan perkembangan terbaru tren media sosial dan penggunanya.
Pengamat media sosial, Ibnu Dwi Cahyo, menjelaskan, banyak informasi di media sosial yang akhirnya viral dan menarik perhatian. Hal itu tidak lepas dari kualitas konten dan distribusi.
Konten adalah raja. Di media sosial, dakwah nilai-nilai Islam akan berhadapan dengan aneka konten negatif yang jumlahnya luar biasa banyak. Bila para ulama dan media Islam tidak bisa menawarkan konten alternatif, anak muda saat ini akan mengikuti dan menikmati konten yang ada di media sosial saat ini.
''Content is king, distribution is King Kong. Sebagus apapun konten, kalau tidak terdistribusi ya tidak jadi apa-apa,'' kata Ibnu Dwi dalam diskusi Pengaruh Media Sosial dalam Dakwah Islam di Kantor MUI, Jumat (25/11).
Dari penelitian Nielsen, lajut Ibnu Dwi, orang tidak suka iklan tapi memiliki preferensi para rekomendasi teman atau sosok yang jadi panutan. Ia menyarankan agar para tokoh, organisasi, dan media Islam memiliki fanpage tersendiri di Facebook. Karena fanpage bisa disetel untuk menyasar target spesifik dengan biaya murah.
Data dari data Facebook, di Jakarta saja ada lima juta pengguna Facebook aktif. Kalau dilebarkan ke Jabotabek, penggunanya bisa dua kali lipat. Melihat itu, peluang kapitalisasi via medsos jadi luar biasa.
Ibnu Dwi juga mewanti-wanti agar para pada dai juga memerhatikan tren bentuk dan penyebaran konten di media sosial. Bila Friendster dan Facebook di awal-awal sangat jadi media sosial andalah mengunggah foto, tren saat ini adalah penyebaran konten melalui video.
''Internet Indonesia itu bisa dibilang cepat. Ini memungkin video ditonton cepat dan anak muda saat ini sangat suka video. Media sosial saat ini memfasilitasi itu, bahkan di Instagram saja bisa meski baru sepanjang satu menit,'' tutur Ibnu Dwi.
Video yang dibuat salah satu portal opini Ibnu Dwi sebut berkualitas. Saat banjir Kemang, portal ini mengeluarkan video yang intinya menyampaikan banjir di Kemang bukan salah Gubernur DKI. Videonya bagus dan membuat orang mudah percaya.
Media sosial utama lainnya, Twitter, sejauh ini masih bisa bertahan karena ada artis dan politisi yang masih senang pamer di sana. Sayangnya ini kurang terlihat sebagian besar masyarakat sehingga apa yang dilakukan para politisi atau artis tidak terpublikasi.
Instagram juga masih tumbuh. Sayangnya, konten negatif di Instagram masih dominan. ''Kita harus cari cara untuk mengisi Instagram dengan konten positif. Formatnya masih belum ditemukan,'' kata Ibnu Dwi.