REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi pemilik nama lengkap Theresia Monica Danis Rahayu, pernikahan adalah peristiwa yang sakral. Hubungan antara suami dan istri, tidak hanya mengikatkan keduanya secara lahir dan batin. Namun, lebih dari itu, ijab dan kabul adalah gerbang bersama menuju kebahagian akhirat.
Jodoh memang tidak disangka-sangka. Theresia jatuh cinta kepada pria Muslim, yang kemudian menjadi suaminya. Keduanya berkenalan pertama kali ketika masa kuliah kerja nyata (KKN) di Gresik. Mereka berstatus sama-sama mahasiswa Universitas Airlangga, Surabaya.
Pada 1996, mereka akhirnya menikah. Sebagai bentuk komitmen dalam ikatan suci itu, Theresia memutuskan pindah agama menjadi pemeluk Islam. Dia mengaku, perpindahan keyakinannya itu dilakukan tanpa dorongan, apalagi paksaan, dari siapa pun, termasuk sang suami. Theresia memandang sosok suami sebagai nakhoda bagi bahtera rumah tangga.
Dia tidak menampik, alasan perpindahannya memang karena pernikahan. Namun, bukan semata-mata karena pernikahan lantas pindah agama. Tapi, lebih pada kesadaran dari saya sendiri, kata Theresia kepada Republika.co.id, melalui sambungan telepon di Jakarta, Kamis (17/11).
Awalnya, keputusannya itu ditentang keras, terutama oleh bibinya. Namun, Theresia perlahan-lahan meyakinkan Bude, sosok yang bahkan sudah dipanggilnya dengan sebutan Mama itu sejak kecil. Dia pun menyadari Theresia kini bukanlah seorang anak yang membutuhkan arahan.
Dia sudah mandiri dan dewasa dalam mengambil keputusan terpenting dalam hidup. Theresia percaya, menjadi Muslim bukan berarti memutuskan hubungan dengan keluarga. Apalagi, sang Bude telah mengasuhnya dengan sangat baik dan penyayang.
Aku bisa meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Bukan berarti aku memutuskan hubungan. Tidak anaknya (Mama) lagi. Meskipun sangat menentang, waktu aku ijab (pernikahan) di masjid, Mama bahkan mengantarkan, kata anak kedua dari empat bersaudara itu.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
