Senin 21 Nov 2016 20:10 WIB

Melihat Sejarah Suriah di Masa Peradaban Islam

Rep: Marniati/ Red: Agus Yulianto
 Kota Damaskus, Suriah, pusat kekuasaan Dinasti Umayyah.
Foto: albumislam.com
Kota Damaskus, Suriah, pusat kekuasaan Dinasti Umayyah.

REPUBLIKA.CO.ID, Al-Imam al- Waqidi dalam bukunya yang berjudul The Islamic Conquest of Syria menyebutkan ash-sham memiliki makna yang signifikan dalam penamaan Islam. Alquran menyebutnya sebagai ‘tanah yang diberkati’ dimana Masjid Al Aqsha berada.

Ash-Sham adalah rumah bagi kebanyakan Rasul dibanding tanah lainnya. Banyak Rasul yang dimakamkan di Suriah seperti Mu’awiyah serta ulama Suriah yang tak terhitung banyaknya contohnya Al Imam an Namawi. Suriah telah banyak menghasilkan pendekar-pendekar hebat (As-Sultan Nurrudin) dan para martir (ash-Syaikh Abdullah al Azzam) serta nabi Isa as turun di Damaskus dan memiliki ibu kota Baytul Muqadas. Dan Suriah adalah tempat berkumpul pada hari kiamat.

Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya yang berjudul Encyclopedia of Islamic Civilization menyebutkan, sebelum berada di kekuasaan Islam, Suriah dikuasai oleh Bizantum. Pembebasan Suriah dan Damaskus sesungguhnya tidak terlepas dari ambisi kerajaan Romawi untuk merampas wilayah Islam sekaligus karena kekejaman orang-orang kaisar Heraklius. Di antara kekejamannya adalah penangkapan dan pembunuhan terhadap utusan Rasulullah.

Pembebasan Suriah oleh pasukan Muslim bermula dari ekspedisi ke selatan Suriah pada tahun 629 M di saaat Nabi Muhammad SAW masih hidup. Dari situlah kemudian meletus perang Mu’tah.

Perang Mut’ah adalah perang pertama antara Islam dan Romawi. Perang ini memiliki nilai sangat stragtegis dan politis bagi umat Islam dan bangsa Arab karena untuk kali pertama dalam sejarah suku-suku Arab berhadapan dengan negara adidaya. Perang ini merupakan pintu gerbang menuju penaklukan ke negeri kristen. Mu’tah merupakan sebuah daerah di dekat Palestina yang pada masa itu termasuk wilayah Syam atau Suriah.

Pada tahun 661, Damaskus memulai sejearah barunya sebagai pusat pemerintahan umat Islam. Mu’awiyah bin Abi Sufyan pada saat itu menjabat sebagai gubernur Suriah. Sejak saat itu, dimulailah sejarah Dinasti Umayyah. Dari tahun 661-750 Damaskus menjadi ibu kota pemerintahan Muslim Dinasti Umayyah.

Sekitar tahun 750, kekuasan Dinasti Umayyah berakhir di tangan Dinasiti Abbasiyah. Ibu kota pemerintahan kemudian dipindahkan ke Baghdad Irak. Dinasti ini berkembang pesat selama dua abad pertama. Tetapi mulai meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bagian dari tentara kerajaan yang mereka bentuk yang dikenal dengan istilah Mamluk. Dinasti Abbasiyah akhirnya runtuh pada tahun 1258 yang antara lain dikarenakan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang berhasil menghancurkan Baghdad.

Damaskus pernah kembali menjadi pusat pemerintahan pada masa Sultan Salah ad-Din Yusuf bin Ayyud atau yang biasa disebut Salahuddin al-Ayyubi (1137-1193). Pada masa inilah Damaskus mencapai puncak kejayaannya.

Memasuki abad ke 16, Sultan Selim I yang memerintah di Istanbul  (Turki) menaklukan Suriah. Sampai perang Dunia I, Damaskus menjadi bagian dari Khalifah Turki Utsmani (Ottman).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement