Jumat 18 Nov 2016 21:35 WIB

Pembekalan Calon Pengantin Perlu Sistem Tepat

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Damanhuri Zuhri
Pengantin setelah ijab kabul/ilustrasi
Foto: Antara
Pengantin setelah ijab kabul/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana Kementerian Agama menggelar pembekalan lebih mendalam bagi para calon pengantin (catin) mulai Januari 2017 diapresiasi. Namun, program ini dinilai perlu dilakukan dengan sistem yang tepat.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini, mengatakan, jika benar akan program ini ada, maka Nasyiatul Aisyah menyambut baik dan merespon positif.

Nasyiatul Aisyiyah melihat sisi positif program ini untuk mengurangi angka perceraian dan konflik horizontal rumah tangga seperti KDRT atau tidak ada kesempatan bagi istri untuk beraktivitas di luar rumah.

Program ini bisa pula sebagai edukasi bagi pasangan muda dengan berbagai latar belakang pernikahan. Nasyiatul Aisyiyah akan kritis mengawasi dan mengawal program ini agar implementasinya dapat berjalan efektif dan efisien.

''Dengan adanya modul seperti ini kami berharap ini tidak sekdar pembagian buku. Tapi perlu sistem penyampaian yang tepat agar masyarakat betul-betul memahami,'' ungkap Diyah melalui pesan aplikasi daring, Jumat (18/11).

Nasyiatul Aisyiyah mengusulkan,  salah satu persyaratan administrasi pernikahan adalah mengikuti semacam diklat pra-pernikahan selama satu dua hari, tidak hanya bagi-bagi buku saja.

Pembekalan pra-nikah normatifnya dilakukan enam bulan hingga satu bulan sebelum pernikahan. Namun secara riil pembekalan calon pengantin di Kantor Urusan Agama (KUA) sebelum pernikahan. Sementara pendaftaran pernikahan minimal dua pekan sebelum pernikahan.

''Berarti harus ada perubahan persyaratan agar KUA mempunyai regulasi daftar nikah minimal satu bulan sebelum hari H pernikahan calon pengantin,'' kata Diyah menjelaskan.

Dengan materi dan modul pembekalan dengan konten agama, kesehatan, dan pendidikan, Diyah melihat perlu ada tambahan materi kewirausahaan. Karena pilar utama keluarga salah satunya adalah ekonomi.

Sebagian besar persoalan keluarga rata-rata berawal dari masalah ekonomi. Secara normatif, mestinya calon pengantin melakukan upaya pembekalan diri secara mandiri juga. Namun mungkin masih sedikit yang sadar dan melakukan hal tersebut.

Nasyiatul Aisyiyah memiliki program Samara Course untuk mereka yang berada pada masa pra-nikah dan usia pernikahan. Kegiatan ini sudaj dilakukan di beberapa daerah.

''Samara Course memiliki lima fokus yakni agama, psikologi, pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Materi tamabahannya adalah keorganisasian atau sosial kemasyarakatan,'' jelasnya.

Samara course dilakukan dalam dua tiga kali pertemuan atau bisa juga disertai menginap. Setelah pernikahan ada konseling keluarga dan penyediaan bantuan perlindungan hukum keluarga sebagai antisipasi jika terjadi pelanggaran hukum dan HAM dalam keluarga.

Kementerian Agama akan menggelar pembekalan bagi para calon pengantin lebih komprehensif mulai Januari 2017 mendatang yang dimulai dari 10 kota sebagai percontohan. Program serupa sebenarnya sudah berjalan sejak 2016 ini.

Namun, program tersebut dirasa kurang sehingga program ditambah baik dari sisi materi, durasi, maupun anggaran. Pembekalan calon pengantin ini merupakan bagian program ketahanan keluarga yang salah satu tujuannya adalah untuk menekan angka perceraian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement