Selasa 15 Nov 2016 09:02 WIB

Menag: Bukan Pesantren, Jika Merongrong NKRI

Menag Lukman Hakim Saifuddin
Foto: Republika/Yulia Ningsih
Menag Lukman Hakim Saifuddin

REPUBLIKA.CO.ID, SUMENEP -- Pondok pesantren (Ponpes) merupakan salah satu unsur penting dalam menegakkan dan mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karenanya, bukanlah pondok pesantren jika dia melakukan rongrongan dan upaya meruntuhkan NKRI.

Hal itu ditegaskan Menag Lukman Hakim Saifuddin di hadapan para kiyai, ustaz, dan ribuan santri pada acara Kesyukuran 64 Tahun Pondok Pesantren Al Amin, Prenduan, Sumenep, kemarin. Menurutnya, NKRI didirikan oleh ulama, kiyai, dan para pendiri pondok pesantren. Mulai dari ujung barat sampai ujung timur, hampir semua perlawanan, perjuangan rakyat dalam melawan penjajah dipimpin oleh ulama, kiyai, guru-guru yang menunjukkan rasa cinta, terhadap tanah air Indonesia. "Itu tidak dapat diragukan lagi," tegasnya.

Saking cintanya terhadap NKRI, lanjut Menag, di kalangan umat Islam Indonesia dikenal slogan hubbul wathon minal iman, cinta Tanah Air bagian tidak terpisahkan dari keimanan. "Itu tidak kita dapatkan di negara lainnya, bahkan di negara Islam sekalipun," ucapnya.

Dikatakan Lukman, bila didalami, maka pondasi dasar berdirinya bangsa ini sarat nilai-nilai Islam. Tidak satupun sila yang tidak merujuk pada ajaran Islam. "Lima sila adalah prinsip dasar dalam menata kehidupan bangsa dan UUD 1945 sangat kaya akan nilai-nilai Islam," ungkap Lukman.

Sebelumnya, pengasuh Ponpes Al Amin Prenduan KH Fauzi Tinjani menyampaikan, nilai-nilai pesantren harus diestafetkan, bukan diwariskan. Untuk itu, dia minta kesiapan seluruh santri Ponpes Al Amien untuk menerima estafet nilai-nilai para pejuang terdahulu. "Di antara nilai tersebut adalah kemitmen untuk berdakwah," ujarnya.

Pengasuh Ponpes Gontor KH Hasan Abdullah Sahal yang juga hadir dalam kesempatan itu berpesan, bahwa kerukunan merupakan hadiah dari Allah SWT bagi Indonesia. "Karenanya, ponpes dan alumninya harus senantiasa siap menegakkan kemaslahatan," ujar dia.

Di pesantren, lanjut KH Sahal, santri yang berasal satu provinsi tidak tinggal dalam satu kamar yang sama. Tujuannya, agar mereaka dapat saling mengenal, baik budaya, kebiasaan, dan kehidupan sehari-hari. Inilah NKRI, pesantren dan pejuang kemeredekaan Republik Indonesia, tandasnya.

Tampak hadir dalam acara ini, Bupati Sumenep, Kepala Kanwil Jatim, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Budayawan KH Zawawi Imron, serta ribuan santri dan wali santri.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement