REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat (Kapuspinmas) Kementrian Agama, Mastuki, memaknai Hari Pahlawan adalah menggali nilai religiusitas dan nasionalitas karena keberadaan agama dan bangsa tidak dapat dipisahkan.
Beragama merupakan bagian dari bangsa sehingga ketika masyarakat menjalankan nilai-nilai agama dalam konteks kebangsaan merupakan bagian dari perintah agama. "Nilai kepahlawanan saat ini dilakukan dengan membangun Tanah Air dan memperjuangkan bangsa," jelas Mastuki kepada Republika, Kamis (10/11).
Mastuki mengatakan bangsa Indonesia menghadapi tantangan masa depan yang tidak kecil. Masalah globalisasi, benturan kebudayaan dan perubahan sangat dinamis merupakan hal yang harus dihadapi generasi masa kini.
Di masa kemerdekaan, pahlawan berjuang dengan berperang angkat senjata. Tetapi saat ini bangsa harus berkomitmen kuat dengan adanya perang asimetris yang dihadapi era ini. "Kita harus berjuang untuk mempertahankan Indonesia agar tidak jatuh dalam perang asimetris yang daya hancurnya lebih parah dari perang militer terutama bagi generasi muda,"jelas dia.
Generasi muda, kata Mastuki, harus dapat berjuang dengan kemampuan apapun yang dimilikinya baik dari segi ekonomi, budaya, pendidikan dan bagi mereka yang duduk di birokrasi. Jihad nafsi harus diutamakan sehingga apapun yang dikerjakan adalah demi kemaslahatan umat.