REPUBLIKA.CO.ID,DONGGALA -- Sayyid Idrus bin Salim Aljufri (SIS Aljufri) atau yang lebih akrab disapa Guru Tua diusulkan oleh lima gubernur di Indonesia menjadi pahlawan nasional. Namanya kini tengah diseleksi oleh pemerintah pusat.
Sayyid Idrus merupakan seorang ulama besar yang mendirikan Alkhairaat di Palu, Sulawesi Tengah pada awal 1930. Tidak hanya berkiprah dalam dunia pendidikan Islam, namun SIS Aljufri juga seorang pejuang yang menanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada para santrinya.
Dikutip dari hasil riset Tim Peneliti Universitas Alkhairaat berjudul Dampak Gerakan Perjuangan SIS Aljufri dan Kontribusinya, salah satu contohnya adalah saat Indonesia masih dijajah oleh Belanda pada akhir tahun 30-an. Untuk membangkitkan semangat juang siswa-siswi dan rasa nasionalisme untuk melawan kesewenangan kolonial belanda SIS Aljufri menciptakan sebuah syair yang kemudian diajarkan kepada murid-muridnya.
Teks syair tersebut yakni:
نَحْنُ الشَّبَابُ.
نَحْنُ الشَّبَابُ لَنَا الْغَدُّ وَمَجْدُ نَا الْمُخَلَّدُ نَحْنُ الشَّبَابُ
بِالْعِلْمِ وَالْفَضَائِلِ وَالْنُّبَلِ فِي الشَّمَائِلِ
نَحْنُ طَلَائِعُ الْوَطَنْ نَحْنُ بَشَائِرُ الزَّمَنْ
هَيَّا بِنَا هَيَّا بِنَا نَحْمِيْ بِهَا اَوْطَانَنَا
فَاالْمَجْدُ فِي كِفَا حِنَا وَالْعِزُّ
فِي نِضَالِنَا نَحْنُ الشَّبَآبْ
Kami adalah Pemuda
Kami adalah angkatan muda, pemimpin masa depan
Dengan ilmu dan akhlak serta perilaku yang mulia
Kami akan bangun bangsa dan negara
Kami adalah pengawal tanah air
Dan harapan masa depan bangsa
Mari bersama-sama kita bangun negara
Dan bela tanah air, dengan iptek dan iptak (imu pengetahuan dan Iman Taqwa)
Kejayaan dan kemuliaan akan terwujud
Hanya dengan perjuangan
Yang diperoleh oleh angkatan muda.

Dampak dari penanaman nasionalisme dan perjuanhan itu, pada 1938 pihak Belanda menuduh Ustadz Abdussamad, murid SIS ALJUFRI, Kepala madrasah Alkhairaat Cabang Dondo Ampana (sekarang Kabupaten Tojo Unauna), bersama tujuh orang temannya. Mereka ditangkap karena menggerakkan dan menggalang kekuatan masyarakat Dondo untuk mengusir Belanda di wilayah tersebut.
Abdussamad bersama tujuh orang temannya itu, ditembak secara keji oleh tentara Belanda dan ditenggelamkan di Pelabuhan Poso kemudian dibuang di Tanjung Putiah (antara Tojo dan Poso) Teluk Tomini. Selain itu, pada Desember 1939, Ustadz M.S. Patimbang, murid SIS ALJUFRI, yang bertugas mengajar pada madrasah Alkhairaat Luwuk (Kabupaten Banggai), dituduh dan ditangkap oleh Belanda karena mengadakan rapat di dalam Masjid Kampung Soho (Luwuk) untuk melawan Belanda. M.S.Patimbang dihukum, dan Masjid dilarang digunakan untuk shalat Jum’at.