Kamis 10 Apr 2025 09:18 WIB

Dampak Gerakan Perjuangan Guru Tua Sayyid Idrus Salim Aljufri dan Kontribusinya

Guru Tua Sayyid Idrus Salim Aljufri diusulkan menjadi pahlawan nasional.

Rep: Muhammad Hafil / Red: Muhammad Hafil
Guru Tua atau Sayyid Habib Idrus bin Salim Aljufri.
Foto: blogspot.com
Guru Tua atau Sayyid Habib Idrus bin Salim Aljufri.

REPUBLIKA.CO.ID,DONGGALA -- Sayyid Idrus bin Salim Aljufri (SIS Aljufri) atau yang lebih akrab disapa Guru Tua diusulkan oleh lima gubernur di Indonesia menjadi pahlawan nasional. Namanya kini tengah diseleksi oleh pemerintah pusat.

Sayyid Idrus merupakan seorang ulama besar yang mendirikan Alkhairaat di Palu, Sulawesi Tengah pada awal 1930. Tidak hanya berkiprah dalam dunia pendidikan Islam, namun SIS Aljufri juga seorang pejuang yang menanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada para santrinya.

Baca Juga

Dikutip dari hasil riset Tim Peneliti Universitas Alkhairaat berjudul Dampak Gerakan Perjuangan SIS Aljufri dan Kontribusinya, salah satu contohnya adalah saat Indonesia masih dijajah oleh Belanda pada akhir tahun 30-an. Untuk membangkitkan semangat juang siswa-siswi dan rasa nasionalisme untuk melawan kesewenangan kolonial belanda SIS Aljufri menciptakan sebuah syair yang kemudian diajarkan kepada murid-muridnya. 

Teks syair tersebut yakni:

نَحْنُ الشَّبَابُ.

نَحْنُ الشَّبَابُ لَنَا الْغَدُّ وَمَجْدُ نَا الْمُخَلَّدُ نَحْنُ الشَّبَابُ

 بِالْعِلْمِ وَالْفَضَائِلِ وَالْنُّبَلِ فِي الشَّمَائِلِ

نَحْنُ طَلَائِعُ الْوَطَنْ نَحْنُ بَشَائِرُ الزَّمَنْ

هَيَّا بِنَا هَيَّا بِنَا نَحْمِيْ بِهَا اَوْطَانَنَا

فَاالْمَجْدُ فِي كِفَا حِنَا وَالْعِزُّ

فِي نِضَالِنَا نَحْنُ الشَّبَآبْ

Kami adalah Pemuda

Kami adalah angkatan muda, pemimpin masa depan

Dengan ilmu dan akhlak serta perilaku yang mulia

Kami akan bangun bangsa dan negara

Kami adalah pengawal tanah air

Dan harapan masa depan bangsa

Mari bersama-sama kita bangun negara

Dan bela tanah air, dengan iptek dan iptak (imu pengetahuan dan Iman Taqwa)

Kejayaan dan kemuliaan akan terwujud

Hanya dengan perjuangan

Yang diperoleh oleh angkatan muda.

photo
Habib Sayid Idrus bin Salim al-Jufri atau Guru Tua. - (Blogspot.com)

 

Dampak dari penanaman nasionalisme dan perjuanhan itu, pada 1938 pihak Belanda menuduh Ustadz Abdussamad, murid SIS ALJUFRI, Kepala madrasah Alkhairaat Cabang Dondo Ampana (sekarang Kabupaten Tojo Unauna), bersama tujuh orang temannya. Mereka ditangkap karena menggerakkan dan menggalang kekuatan masyarakat Dondo untuk mengusir Belanda di wilayah tersebut. 

Abdussamad bersama tujuh orang temannya itu, ditembak secara keji oleh tentara Belanda dan ditenggelamkan di Pelabuhan Poso kemudian dibuang di Tanjung Putiah (antara Tojo dan Poso) Teluk Tomini. Selain itu, pada Desember 1939, Ustadz M.S. Patimbang, murid SIS ALJUFRI, yang bertugas mengajar pada madrasah Alkhairaat Luwuk (Kabupaten Banggai), dituduh dan ditangkap oleh Belanda karena mengadakan rapat di dalam Masjid Kampung Soho (Luwuk) untuk melawan Belanda. M.S.Patimbang dihukum, dan Masjid dilarang digunakan untuk shalat Jum’at.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement