REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda (PW GP) Ansor Jawa Timur mendorong pemerintah untuk menganugerahkan gelar pahlawan kepada Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ansor menilai, gelar kepahlawanan bagi Gus Dur adalah untuk memberikan pengetahuan kepada seantero anak negeri tentang pentingnya melestarikan hidup dalam keberagaman Indonesia.
Sekretaris PW GP Ansor Jatim, H Ahmad Tamim mengatakan, gelar itu untuk mengabadikan pemikiran Gus Dur yang memiliki kontribusi besar bagi keutuhan NKRI. Kata dia, pikiran dan sikap Gus Dur selama hidupnya menjadi perekat bagi keberagaman bangsa ini.
"Gus Dur boleh meninggalkan kita, tetapi ajaran pluralisme Gus Dur tidak boleh kita tinggalkan, tetap kita lanjutkan," kata Gus Tamim, panggilan akrab Ahmad Tamim.
Gus Tamin mengatakan, Gus Dur dalam melihat keberagaman dengan dua variable, yaitu agama dan negara. Gus Dur adalah ulama yang nasionalis atau nasionalis yang Ulama.
"Karena itu, kita harus menghidupkan dan mereaktualisasikan pemikiran Gus Dur. Dengan pikiran dan sikapnya itu, Gus Dur menjadi sosok pemimpin yang diterima oleh masyarakat lintas agama dan suku," katanya.
Dalam pandangan Ansor, Indonesia adalah negara beragam budaya, maka gelar kepahlawanan bagi Gus Dur bukanlah untuk Gus Dur dan keluarganya, tetapi untuk mengabadikan pemikiran kebhinnekaan Gus Dur. "Apalagi, Indonesia saat ini dilanda pemikiran yang kasar, suka menyalahkan, suka provokasi, main klaim, dan menyalahi budaya bangsa yang berakhlak, karena itu saatnya menghidupkan pemikiran Gus Dur," katanya.
Pada tahun ini, Presiden Joko Widodo sudah menandatangani keputusan penganugerahan seorang tokoh sebagai pahlawan nasional. Keppres ber-Nomor 90 Tahun 2016 itu sudah ditandatangani Presiden Jokowi pada Jumat (4/11).
"Yang terkonfirmasi ke Kemensos itu satu yang ditandatangani Keppresnya oleh Presiden," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, saat jalan sehat dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 2016 di Jakarta, Ahad (6/11). Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional akan dilaksanakan sebelum puncak Hari Pahlawan pada 10 November, namun Khofifah enggan menyebut siapa tokoh yang akan dianugerahi gelar pahlawan pada tahun ini.