REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pertama kali dalam sejarah sejak berdiri 1972, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) VIII, tanpa menggunakan kertas.
Ketua Panitia Pengarah Munas VIII LDII, Prasetyo Sunaryo mengatakan Munas kali ini merupakan cermin bahwa Islam sebagai agama rahmat bagi alam semesta.
Agenda rutin lima tahunan ini, bukan sekadar pertanggungjawaban pelaksanaan program, pemilihan ketua baru, dan penyusunan arah organisasi.
“Munas sebisa mungkin cermin solusi atas masalah bangsa, dalam detail pelaksanaan,” ujarnya kepada Republika.co.id di Jakarta, Senin (7/11).
Peniadaan kertas dalam perhelatan Munas ini, menurut Prasetyo, adalah realisasi dari Islam sebagai rahmat untuk alam semesa itu. Penebangan hutan untuk industri kertas mengakibatkan keseimbangan ekosistem di bumi terganggu.
Muncul masalah berikutnya, pemanasan global menjadi ancaman umat manusia karena hutan yang berfungsi menyaring polusi dan menjaga suhu bumi, kian menyusut.
Solusinya, kata Prasetyo, warga LDII melakukan gerakan masif dengan menanam 3,5 juta pohon di 12 provinsi dengan tingkat kematian 7,2 persen.
Setahun sekali, pihaknya menjalankan program Go Green setidaknya setahun sekali. Gerakan penghijauan ini diterapkan pula dalam kehidupan sehari-hari dengan menanam pekarangan rumah dengan pepohonan yang bermanfaat.
“Kita putuskan Munas bebas kertas, kelanjutan dari Go Green itu, semua materi Munas digital,” tuturnya.
Munas VIII LDII yang mengangkat tema “Keniscayaan Peningkatan Kualitas SDM, Kemampuan Pendayagunaan Tehnologi Digital, dan Pengembangan Ekonomi Syariah Untuk Pembangunan Indonesia Berkelanjutan” ini, berlangsung besok, Selasa (8-10 November) di Balai Kartini Jakarta.