REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar Kemah Persaudaraan Forum Pemuda Lintas Agama Bersatu (Formula Satu) di Sendang Seruni yang dibuka Bupati Abdullah Azwar Anas, Sabtu (5/11).
Kemah Persaudaraan Forum Pemuda Lintas Agama Bersatu di Kecamatan Licin selama dua hari itu diikuti sebanyak 50 pemuda. Mereka melakukan interaksi untuk membangun semangat kebangsaan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
"Saya berharap teman-teman bisa ikut menebar kesejukan. Akhir-akhir ini marak berita hoax dan provokatif yang mengarah pada isu SARA yang tersebar di media sosial. Tentu perlu kecermatan dan ketelitian untuk menelaahnya sehingga tidak mudah terseret pada konflik horisontal," kata Azwar Anas mengingatkan.
Azwar Anas berharap kegiatan kaum muda lintas agama itu bisa menjadi momentum untuk menumbuhkan spirit kebangsaan. Kaum muda harus menjadi perekat agar ke depan masyarakat semakin kompak membangun daerah.
"Perkemahan lintas agama ini sesuatu yang relevan dalam rangka menjaga kerukunan umat beragama. Namun, yang juga sangat penting adalah bagaimana kaum muda bisa ikut berkontribusi dalam permasalahan-permasalahan kemasyarakatan," ujar Anas.
Tantangan pemuda saat ini, kata Azwar Anas, seperti halnya narkoba, HIV/AIDS, dan pengangguran, harus juga menjadi perhatian semua elemen. Pemuda harus bisa memunculkan motivasi untuk menjawab permasalahan itu.
Ketua Umum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Banyuwangi Muhammad Yamin mengatakan selama dua hari berkemah, anak muda lintas agama itu tidur, makan, dan bersosialisasi bersama. "Dalam satu tenda diisi sekitar 10-12 orang yang berasal dari agama berbeda-beda," katanya.
Ada empat tenda besar yang disediakan di acara ini. Setiap tenda diisi perwakilan dari enam agama, yakni Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Lebih lanjut Yamin mengatakan, peserta berasal dari pemuda perwakilan setiap agama. Masing-masing perwakilan mengirim enam hingga delapan orang.
Bukan hanya aktivitas berkemah yang akan dilakukan, selama dua hari mereka berdiskusi tentang kebangsaan, keagamaan, dan kerukunan umat beragama. Aktivitas yang dijalankan selama kemah ini dikonsep menyesuaikan aktivitas enam agama itu.
Ketika memasuki waktu beribadah, ungkap Yamin, acara dihentikan. Harapannya, seluruh peserta mengetahui aktivitas rutin keagamaan masing-masing agama.