REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- World Peace Forum 2016 turut membahas peran perempuan mewujudkan perdamaian. Tunisia, dijadikan salah satu contoh bagaimana perempuan berperan aktif menjaga perdamaian.
Koordinator Global Women of Faith Network dan Wakil Presiden Religions for Peace Tunisia, Mehrezia Labidi Mirza, membagikan pengalaman Tunisia menjaga perdamaian. Ia menegaskan, perdamaian yang selama ini terjaga salah satunya merupakan andil besar dari perempuan di Tunisia, yang sangat aktif di kehidupan masyarakat sipil.
"Perempuan sangat aktif di masyarakat sipil. Mereka memberikan andil besar atas jalannya demokrasi di Tunisia," kata Mahrezia, Kamis (3/11).
Namun, ia tidak menampik kedamaian di Tunisia memang cukup terganggu akibat kehadiran dari gerakan-gerakan terorisme, yang entah darimana asal-muasalnya. Mehrezia merasa, itu merupakan ancaman yang sangat serius, terutama karena sudah mengancam generasi bangsa dan mulai menarik anak-anak untuk bergabung.
Dikatakan Mehrezia, kesadaran itu (menjaga perdamian) yang sudah dimiliki sebagian besar masyarakat Tunisia, dan seakan menjadi pengingat terorisme bisa jadi fenomena jika dibiarkan. Karenanya, ia melihat, banyak orang tua sudah memiliki kesadaran dengan memberikan pemahaman, berbahayanya tarikan jaringan terorisme yang sudah menanti.
Terkait itu, dia mengungkapkan, LSM dan pemerintah yang ada sudah menjalin kerja sama, dan Tunisia memiliki banyak wanita berkompeten untuk menangani ancaman tersebut. Maka itu, Mehrezia melihat, masyarakat sosial sudah sejak lama menerapkan penolakan terhadap terorisme, tapi melalui cara-cara yang baik.
"Masyarakat Tunisia semakin bersatu, menguatkan kerja sama dan solidaritas, itu yang menolak terorisme," ujar Mehrezia.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
